Selasa, 19 April 2016

SAMPAH RUMAH TANGGA BTN PONDOK ASRI I Sudiang, MAKASSAR

A.    Penanganan Sampah Rumah Tangga
Organisasi dan managemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk , daya guna dan hasil guna dari pengelolaan sampah. Organisasi dan managemen juga mempunyai peranan pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi pola organisasi, personalia serta managemen ( perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian ) untuk jenjang strategis, taktis maupun operasional. Hubungan kerja antara instansi yag berhubungan dengan pengelolaan sampah lebih bersifat koordinatif dimana masing-masing instansi mempunyai tanggung jawab masalah pengelolaan sampah di wilayah masing-masing.
Sistem tehnis operasional dalam sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan volume sampah yang diangkut / di buang ke tempat pembuangan akhir. kegiatan operasional persampahan tergantung pada pola-pola operasional yang digunakan , cara penyapuan, pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan akhir.
Pada lingkungan perumahan BTN Pondok Asri I Sudiang, ibu-ibu rumah tangga yang paling dominan dan memiliki perananan utama dalam menangani masalah sampah. Persepsi tentang masalah dan pengelolaan sampah pada ibu rumah tangga hampir sama yaitu mengganggap bahwa sampah merupakan sesuatu buangan yang tidak terpakai lagi walaupun dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang hampir didominasi oleh tamatan SMA (pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga) dan terdapat beberapa pula ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sebagai tenaga pekerja dengan pendidikan terakhir S1.
Teknis operasional penanganan sampah di perumahan Pondok Asri I Sudiang adalah pembuangan langsung ke tempat terbuka. Masyarakat pada setiap rumah tangga membuang sampah ke pekarangan serta tempat terbuka di depan rumah atau lorong perumahan.
Yang merupakan sampah rumah tangga di perumahan Pondok Asri I Sudiang adalah semua jenis jenis kotoran/sampah serta barang-barang yang tidak terpakai baik itu berupa sampah plastik ataupun sampah hasil sisa-sisa makanan. Setiap rumah tangga menghasilkan rata-rata sebanyak 2 wadah sampah (kantongan atau keranjang sampah) yang kemudian di buang ke pekarangan atau tempat terbuka di depan rumah dan lorong perumahan. Hal tersebut telah terus menerus dilakukan karena tidak adanya sistem pelayanan sampah konvensional seperti yang diterapkan di banyak perumahan-perumahan lainnya yang mengeluarkan retribusi setiap bulannya untuk jasa pengangkutan sampah rumah tangga.
Sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga sangatlah banyak, maka masing-masing rumah tangga bertanggung jawab sendiri terhadap sampahnya. Sampah-sampah yang dibuang ke tempat terbuka tersebut umumnya langsung dibakar setiap 2 kali seminggu untuk mengurangi volumenya yang bertumpuk dan mengganggu estetika di pekarangan rumah atau lorong perumahan.
Sebelum model teknis pengolahan sampah dengan pembuangan ke tempat terbuka di perumahan Pondok Asri I Sudiang dilakukan, sampah rumah tangga dibuang terpusat pada satu tempat yang modelnya menyerupai bak penampungan sampah perumahan yang merupakan lahan kapling kosong milik pribadi warga. Akan tetapi pembuangan sampah dengan teknis seperti itu justru menimbulkan dampak negatif yaitu sering menyebabkan terjadinya banjir, bau menyebar kemana-mana serta mengurangi estetika. Hal tersebut terjadi karena volume sampah yang dibuang oleh masyarakat terus bertambah tanpa adanya upaya pengelolaan.
            Karena hal tersebut menimbulkan banyak kerugian maka sistem teknis pembuangan sampah mulai berubah seperti yang sekarang diterapkan oleh masyarakat di sana. Untuk mencegah masyarakat membuang kembali sampah di sekitaran tanah kapling kosong tersebut maka dibuatlah sebuah taman-taman bunga sederhana sebagai penambah estetika perumahan.

Ga
            Walaupun telah terjadi perubahan upaya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di perumahan perumahan Pondok Asri I yaitu dari membuang sampah terpusat ke satu bak penampungan sampah menjadi pembuangan ke tempat terbuka, akan tetapi upaya pengelolaan sampah tersebut masih perlu diperbaiki. Dampak negatif sampah terhadap lingkungan secara nyata berkurang, akan tetapi upaya pembakaran untuk mengurangi volume sampah bukan merupakan cara yang efektif. Oleh karena itu diharapakan suatu upaya pengelolaan sampah yang baik dan efektif agar sampah yang ada dimasyarakat bukan dianggap sebagai kotoran yang harus dimusnakan, tetapi sebagai sumber daya yang harus dikelola yang bisa memberikan manfaat lebih kepada masyarakat.
B.     Persepsi dan Pengetahuan Mengenai Masalah Sampah
Untuk persepsi masyarakat atas sampah terbagi menjadi beberapa variabel yaitu pada Gambar 1 menunjukkan bahwa sampah merupakan hal yang menjijikkan oleh karena itu banyak (sekitar 53.33 %) masyarakat di BTN Pondok Asri I Sudiang memusnakan sampah dengan cara langsung membakarnya.
Gambar 1. Persepsi tentang sampah itu menjijikan



            Pada dasarnya banyak ibu rumah tangga atau warga tidak setuju terhadap pembakaran sampah yang telah sering dilakukan di BTN Pondok Asri I Sudiang (Gambar 2). Walaupun banyak yang beranggapan membakar sampah itu tidak baik, akan tetapi mereka tetap melakukannya karena tidak adanya upaya secara terpadu seluruh warga Pondok Asri I untuk menangani masalah sampah sehingga cara yang paling sering dilakukan untuk menangani sampah sekaligus mengurangi volume sampah dengan cara yang cepat yaitu dengan membakar.
Gambar 2. Persepsi tentang pembakaran sampah
Sekitar 43.33 % masyarakat beranggapan perlu adanya pengadaan tempat-tempat pembuangan sampah di setiap rumah agar mereka tidak membuang sampah di pekarangan rumah atau tempat terbuka depan rumah atau lorong perumahan (Gambar 3). Akan tetapi tidak sedikit juga yang tidak setuju yaitu sekitar 53.33 % terhadap pengadaan tempat atau bak sampah di setiap rumah karena tidak efisien dalam pembuataanya yang terlalu banyak. Banyak ibu rumah tangga beranggapan minimal ada bak sampah terpusat untuk setiap lorong sehingga sampah yang dibuang tidak di sembarang tempat.
Gambar 3. Persepsi tentang pengadaan tempat pembuangan sampah

            Untuk pemisahan sampah pada saat pembuangannya sebagian besar warga tidak setuju untuk melakukannya karena mereka menganggap hal tersebut justru membuat mereka repot, apalagi ketika mereka terburu-buru dalam membuang sampah. Kurangnya kesadaran dan pemahaman warga akan jenis-jenis sampah inilah yang membuat mereka untuk malas melakukan pemisahan jenis sampah. Untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pemisahan perlu dilakukan agar memudahkan dalam pemanfaataanya. Oleh karena tidak adanya pemanfaatan sampah di Pondok Asri I Sudiang, maka pemisahan sampah mereka anggap tidak perlu dilakukan.
Gambar 4. Persepsi tentang pemisahan sampah
            Walaupun pengelolaan dan pemanfaatan sampah tidak dilakukan dengan baik di BTN Pondok Asri I Sudiang, banyak warga terutama ibu rumah tangga setuju (Gambar 5) dilaksanakannya pemanfaatan kembali sampah rumah tangga. Hal tersebut mereka maksud untuk menjaga kebersihan lingkungan dan estetika perumahan khususnya pada pekarangan rumah-rumah ataupun lorong-lorong yang dominan ditanami tanaman yang kini rusak akibat tumpukan sampah. Selain dapat mengurangi pembuangan sampah di sembarang tempat, juga dapat mengurangi kegiatan pembakaran yang merupakan upaya secara cepat dalam mengurangi volume sampah yang bertumpuk di pekarangan rumah.
            Pemanfaatan kembali sampah rumah tangga tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan perumahan, tetapi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat hingga memberikan nilai ekonomi. Sampah bukanlah sesuatu yang menjijikkan, akan tetapi sampah sumber daya yang bernilai emas bagi masyarakat jika mereka dapat mengelolaanya dengan baik.
Gambar 5. Persepsi tentang pemanfaatan kembali sampah rumah tangga

C.    Rekomendasi Upaya Pengelolaan Sampah
Upaya pengelolaan sampah yang dapat diterapkan oleh masyarakat di perumahan Pondok Asri I Sudiang yaitu pengolahan sampah secara terpadu berbasis masyarakat yang dilaksanakan dengan melakukan reduksi sampah semaksimal mungkin. Upaya tersebut dilakukan dengan cara pengolahan sampah di lokasi sedekat mungkin dengan sumber sampah. Reduksi volume sampah yang efektif bukan dilakukan dengan cara instan yaitu dengan membakar seperti yang telah dilakukan oleh hampir seluruh warga, akan tetapi salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti melaksanakan pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Mengubah pola pikir masyarakat tentang “sampah merupakan hal yang menjijikka” menjadi “sumber daya yang bernilai ekonomi” tidaklah mudah. Perlu adanya terlebih dahulu suatu kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan sampah sebelum diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah adanya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang sampah, maka dapat dirancang suatu model pengelolaan sampah dalam kaitannya mengurangi sampah rumah tangga.
Untuk mengelola sampah di BTN Pondok Asri I Sudiang, terlebih daluhu melakukan pengadaan bak sampah untuk setiap lorong perumahan. Sedangkan untuk pengolahan sampah diupayakan memanfaatkan sampah-sampah yang masih bisa dipakai atau dimanfaatkan kembali untuk mengurangi volume sampah yang ditampung di bak sampah nantinya.
Mengurangi sampah rumah tangga diupayakan dilakukan secara efektif yaitu dilakukan pemisahan yang benar-benar merupakan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan dan yang harus dibuang. Pemisahan sampah dapat dilakukan oleh masing-masing rumah tangga yaitu sampah dalam kategori sisa bahan makanan (organik), plastik/bungkus kemasan, kertas, ataupun logam kaca.
Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos. Hal ini berpotensi bermanfaat di lingkungan perumahan Pondok Asri I Sudiang karena banyaknya ibu-ibu rumah tangga di sana yang suka menanam bunga-bunga serta tanaman sayur-sayuran di pekarangan dan lahan terbuka yang semakin berkurang karena telah beralih fungsi dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, sehingga banyak tanaman-tanaman yang pertumbuhannya terganggu. Ibu rumah tangga dapat melakukan pembuatan kompos karena sederhana dalam pembuatannya. Pembuatan kompos ini dapat dilakukan bersama-sama misalnya dalam suatu kelompok pengajian ibu-ibu secara rutin mengadakan kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk dibuat kompos yang pada akhirnya juga dapat dimanfaatkan oleh mereka sendiri. Suatu organisasi juga merupakan suatu wadah yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah khususnya sampah organik tersebut.
Selain sampah organik, jenis sampah berupa bungkus kemasan juga berpotensi untuk dimanfaatkan. Kelompok pengajian ibu-ibu juga tadi selain dapat menikmati kompos, mereka juga dapat membentuk kelompok-kelompok yang memiliki ketertarikan dalam bidang kerajinan. Semua jenis bungkus kemasan yang merupakan sampah dikumpulkan, kemudian kelompok tersebut dapat membuat suatu kerajinan, contohnya kreasi pembuatan tas-tas kemasan yang pembuatannya juga mudah dilakukan.
Tas-tas kreasi tersebut dapat secara langsung dimanfaatkan oleh warga atau ibu-ibu, misalnya untuk penyimpanan mukenah ataupun al-quran saat ada acara pengajian serta dapat digunakan untuk hal lainnya. Bungkus kemasan yang tadinya sampah dapat berubah menjadi sebuah barang atau produk yang bernilai ekonomi selain tidak untuk dipakai sendiri.
            Sampah dapat dipandang sebagai suatu sumber daya yang benilai lebih jika dimanfaatkan seperti kerajinan dan pupuk kompos. Sedangkan untuk sampah-sampah selain sampah organik dan bungkus kemasan seperti kertas, plastik dan logam kaca dapat dijual langsung ke pengumpul sampah atau dalam istilah makassar yaitu “payabo-yabo”, sehingga sampah tersebut memiliki nilai ekonomi lagi bagi masyarakat. Dengan demikian sampah rumah tangga yang tersisa yaitu sampah yang betul-betul tidak bisa dimanfaatkan lagi, dan volume sampah di BTN Pondok Asri I Sudiang semakin berkurang dan lebih bermanfaat juga jika dibandingkan dengan cara membakar tadi walaupun juga secara cepat dapat mengurangi volume sampah.
            Dengan sistem pengelolaan yang demikian diharapkan dapat mudah diterapkan oleh masyarakat dengan kesadaraan yang tinggi terhadap permasalahan sampah. Selain itu peran suatu organisasi diperlukan untuk mengkoordinir suatu upaya pengelolaan yang terpadu seperti di atas agar tercapainya tujuan pemanfaatan sampah secara efektif dan efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar