Rabu, 07 Oktober 2015

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN MAGANG PADA PT. INHUTANI I UMH KUNYIT WILAYAH TARAKAN KALIMATAN TIMUR


PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN MAGANG PADA
PT. INHUTANI I UMH KUNYIT WILAYAH TARAKAN KALIMATAN TIMUR

I.       PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional, maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini tidak hanya kita nikmati sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya alam ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Perencanaan hutan diperlukan untuk membuat mekanisme perencanaan strategik dan kegiatan yang menjamin nilai-nilai hutan akan terlindungi selama pemanenan. Mekanisme ini juga menyebut pemanfaatan lahan dan sumber daya hutan secara maksimum dan bertanggungjawab bagi semua pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan dampak sosial ekonomi dan lingkungan di daerah tersebut..
Perencanaan yang tepat dan baik sangat diperlukan agar pelaksanaan dapat berjalan lancar, sesuai yang kita harapkan, yaitu berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dimana hutan selalu ada, produksi selalu ada, dan kondisinya selalu baik. Diharapkan dengan adanya suatu perencanaan, maka hutan dapat diurus dan diusahakan dengan baik agar kelestarian hutan dapat terwujud.
Ada dua fungsi hutan yang amat vital. Pertama, sebagai tempat tinggal jutaan makhluk hidup berupa tumbuhan, binatang dan jasad renik. Kedua, menjaga agar sistem ekologi bumi tetap seimbang. Kedua fungsi tersebut dapat dipertahankan apabila dilakukan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan hutan secara lestari, tepat guna dan dapat diaplikasikan secara praktis.
Pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang baik seharusnya didasari dengan perencanaan yang baik pula, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan dampak biologi hutan, keadaan sosial, ekonomi serta budaya masyarakat sekitar hutan. Selain perencanaan yang baik faktor sumber daya manusia juga turut berperan dalam keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang handal khususnya dalam bidang kehutanan.
Mahasiswa kehutanan sebagai kalangan akademisi dan kader rimbawan professional, diharapkan mampu memberikan jawaban dan solusi-solusi dalam keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan hutan berupa pemikiran dan tindakan nyata. Untuk itu mahasiswa kehutanan dituntut bukan hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang bersifat teori saja, tetapi juga mampu menerapkan dan mengaplikasikan teori tersebut di lapangan.
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran tersebut, maka mahasiswa kehutanan perlu melakukan kegiatan praktek umum atau magang pada suatu wilayah hutan dan instansi kehutanan sebagai sarana pembinaan dan peningkatan mutu rimbawan. Praktek  umum atau magang merupakan suatu program mata kuliah wajib pada Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pemahaman bagi mahasiswa dalam hal teknis pelaksanaan di lapangan berdasarkan konsep dan teori yang diperoleh pada bangku kuliah. Dengan bekal pengalaman selama praktek umum ini, dapat dijadikan refleksi untuk penyempurnaan pengelolaan hutan saat ini dan di masa yang akan datang.
B. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dilakukan kegiatan praktek umum / magang adalah sebagai berikut
1.        Menambah wawasan berfikir serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa melalui kegiatan interaksi dan aplikasi langsung berbagai pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama belajar di bangku kuliah.
2.        Melatih mahasiswa untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah serta menganalisis informasi yang kemudian dijadikan dasar dalam proses penyusunan perencanaan dan pengelolaan hutan
3.        Mengetahui tugas pokok dan fungsi serta menggali informasi mengenai bidang kehutanan pada  instansi-instansi kehutanan
            Sedangkan kegunaan dari kegiatan praktek umum / magang adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis mahasiswa di lapangan berdasarkan konsep dan teori yang telah didapatkan pada bangku kuliah, serta melatih mahasiswa untuk melihat dan mengenali secara langsung masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan hutan dan pemecahannya.
C. Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktek umum / magang ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan. Untuk kegiatan Praktek Umum dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai dengan 25 Juli 2011, pada areal Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Desa Limampoccoe, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Sedangkan untuk kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 19 September sampai dengan 18 Oktober 2011 di PT. Inhutan I UMH Kunyit Wilayah Tarakan, Kalimantan Timur.


II.       METODA PELAKSANAAN
A. Persemaian
1. Waktu dan Tempat
            Kegiatan persemaian dilaksanakan selama empat hari yaitu pada tanggal 27 – 30  Juni 2011, yang bertempat di areal persemaian Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
                                                       2. Alat dan Bahan        
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih sengon, parang, cangkul, ember,  polybag, tali rafiah, media tumbuh (tanah, pasir, sekam) dan bambu.
3. Prosedur Kerja
            Prosedur pelaksanaan pembuatan persemaian adalah sebagai berikut :
a.    Menyiapkan benih yang akan disemai. Adapun jenis benih yang akan disemai adalah sengon.  
b.    Memilih lokasi persemaian berdasarkan kriteria lokasi persemaian yang baik.
c.    Membersihkan lokasi persemaian dari gulma dengan menggunakan parang dan cangkul.
d.   Mengolah tanah dan membuatkan drainase pada lokasi persemaian dengan menggunakan cangkul. Dalam mengolah tanah sebaiknya digemburkan di permukaannya saja dan tidak mencangkulnya terlalu dalam. 
e.    Membuat bedengan dari bambu dengan ukuran lebar 1 meter, panjang 5 meter dan tinggi 10 – 15 cm.
f.     Penyiapan benih sebelum disapih, yaitu dengan merendam benih dengan suhu awal lebih kurang 75°C dibiarkan dingin selama 24 jam.
g.    Mengisi polybag dengan media tumbuh (Tanah, sekam dan pasir) dengan perbandingan 3:1:1. Setelah itu isi dengan tanaman yang akan disapih, usahakan media tumbuh menutupi hingga leher akar tanaman.
h.    Pindahkan polybag yang telah terisi oleh media tumbuh dan tanaman ke bedeng sapih.
i.      Pemeliharaan persemaian dilakukan secara rutin meliputi, penyiraman dan  pembersihan dari gulma
B. Pemeliharaan Tanaman
1. Waktu dan Tempat
            Kegiatan pemeliharaan tanaman dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 1 Juli 2011, yang bertempat di sekitar tanaman gaharu pada Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cangkul, parang, skop dan tali rafiah.
3. Prosedur Kerja
            Prosedur pelaksanaan pemeliharaan tanaman adalah sebagai berikut :
a.    Membersihkan gulma disekitar tanaman gaharu dengan menggunakan parang dan cangkul.
b.    Menggemburkan tanah disekitar tanaman gaharu dengan menggunakan cangkul dengan radius 25 - 50 cm.
c.    Memberikan naungan pada tanaman gaharu dengan menggunakan paranet (sarlon).
 C. Pembuatan Lubang Tanam
1. Waktu dan Tempat
            Kegiatan pembuatan lubang tanam dilaksanakan selama lima hari yaitu pada tanggal 2 – 6  Juli 2011, yang bertempat di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
                                                       2. Alat dan Bahan        
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang, cangkul, linggis, tali rafiah, bambu.
3. Prosedur Kerja
            Prosedur pelaksanaan pemeliharaan tanaman adalah sebagai berikut :
a.       Menyediakan area untuk pembuatan lubang dengan ukuran 30 x 50 m.
b.      Membersihkan lahan yang dengan menggunakan parang dan cangkul.
c.       Membuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm
d.      Memasang ajir pada setiap lubang tanam.
D. Penataan Areal Kerja (PAK)
1.Waktu dan Tempat
            Kegiatan Penataan Areal Kerja dilaksanakan selama delapan hari, yaitu dari tanggal 9 – 16 Juli 2011, yang bertempat pada petak 25 Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah peta kerja, GPS, kompas, parang, kamera dan alat tulis menulis.
 3. Prosedur Kerja
            Prosedur pelaksanaan kegiatan Penataan Areal Kerja adalah sebagai berikut :
a.    Menetapkan titik nol (P0) dan titik ikat petak kerja dilapangan dengan menggunakan peta kerja yang telah disediakan. Untuk penentuan batas vegetasi penetapan titik nol (P0) dan titik ikat dilakukan dengan mencari secara langsung dilapangan dengan menggunakan GPS.
b.    Mencari titik nol (P0) dan titik ikat petak kerja dilapangan yang telah ditetapkan dengan menggunakan GPS dan kompas
c.    Apabila telah menemukan titik nol (P0) dilapangan maka dibuat alur batas petak kerja dengan lebar ± satu meter
d.   Memancang pal batas dilapangan pada setiap sudut petak kerja.
e.    Membuat peta hasil pengukuran.
E. Inventarisasi Potensi Tegakan
1. Waktu dan Tempat
            Kegiatan Inventarisasi potensi tegakan dilaksanakan selama satu minggu, yaitu dari tanggal 17 – 23 Juli 2011, yang bertempat pada petak 25 Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah GPS, kompas, parang, pita meter, haga meter, meteran roll, tali rafiah, kamera, tally sheet dan alat tulis menulis.
3. Prosedur Kerja
            Prosedur pelaksanaan kegiatan Inventarisasi potensi tegakan adalah sebagai berikut :
a.    Menentukan intensitas sampling pada masing-masing jenis tegakan. Untuk tegakan sejenis diberikan intensitas sampling 100% (sensus) sedangkan untuk tegakan campuran (hutan alam) diberikan intensitas sampling 10% dari luas areal.
b.    Membuat petak-petak ukur dengan menggunakan roll meter dan tali rafiah pada masing-masing tegakan, dengan luasan masing – masing petak ukur adalah 0,1 ha.
c.    Melakukan pengukuran diameter dengan menggunakan pita meter, tinggi total dan tinggi bebas cabang dengan haga meter.
d.   Melakukan penandaan pada pohon-pohon yang telah diukur. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pohon yang diukur secara berulang.
e.    Mencatat data hasil pengukuran ke dalam tally sheet.
     V =  x D2 x T x f
 
Menghitung potensi volume pohon  untuk tiap-tiap tegakan dengan menggunakan rumus :
Keterangan : V = Volume pohon
                     D = Diameter Pohon
                     T = Tinggi pohon
f = Angka bentuk
G. Kegiatan Magang
A.    Kegiatan Magang
1.    Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dimulai pada bulan September – Oktober 2011 di PT. Inhutani I Wilayah Tarakan UMH Kunyit, Kalimatan Timur.
2.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis menulis dan kamera digital.
3.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada kegiatan ini adalah mencari data-data dan Informasi sesuai dengan program kerja yang telah dibuat sebelumnya, baik melalui diskusi, penelusuran dokumen dan pengamatan secara langsung.
 
III.   PERENCANAAN PENGELOLAAN HUTAN
PENDIDIKAN BENGO-BENGO
A.    Perencanaan Penataan Lahan
1.      Penataan batas Luar
Penataan batas luar ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan titik ikat yaitu pada titik P0 (806359, 9448854). Penataan batas luar yang dilakukan pada petak 25 seluas 21,2 ha ini diperoleh dengan mengumpulkan data-data koordinat pada masing-masing patok bantu yang telah ditentukan sebelum ke lapangan. Koordinat batas luar pada petak 25 dapat dilihat pada tabel 7 di bawah.
Tabel 7. Koordinat Batas Luar Petak 25
PATOK
X
Y


(1)
(2)
(3)

P0
806359
9448854

P1
806275
9448891

P2
806213
9448953

P3
806099
9449004

P4
806067
9448988

P5
805981
9448927

P6
805751
9448822

P7
805718
9448846

P8
805676
9448932

P9
805617
9449098

P10
805745
9449070

P11
805810
9449085

P12
805849
9449083

P13
805878
9449089

P14
805953
9449118

P15
806056
9449241

P16
806149
9449305

P17
806195
9449324

P18
806236
9449332

P19
806286
9449330

P20
806311
9449335

P21
806360
9449332

P22
806370
9449314

(1)
(2)
(3)

P23
806420
9449235

P24
806424
9449188

P25
806412
9449102

P26
806410
9448980

P27
806375
9448879

P28
806370
9448867

P29
806352
9448846

P30
806350
9448838

                       
            Penataan batas luar yang dilakukan merupakan kegiatan rekonstruksi batas luar pada petak 25. Peta batas luar dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan kegiatan rekonstruksi batas luar pada petak 25, maka secara umum letak petak 25 adalah sebagai berikut :
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan petak 24 dan 27
2.    Sebelah Timur bebatasan dengan petak  27
3.    Sebelah Selatan bebatasan dengan petak 21
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan petak 20
Penataan areal kerja merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok kerja tahunan dan petak kerja guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan Unit Pengelolaan Hutan. Ketentuan penataan areal kerja diatur untuk menyusun perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan pengusahaan hutan pada petak kerja.

Gambar 3. Peta Blok Petak 25
Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa petak 25 terdapat tiga jenis tutupan vegetasi. Vegetasi yang dapat ditemui adalah vegetasi pinus, hutan alam/campuran dan sawah. Luasan untuk masing-masing tutupan vegetasi tersebut adalah untuk vegetasi pinus 1,5  ha dan hutan alam/campuran 19,38 ha. Pada petak 25 juga terdapat sawah dengan luas 0,32 ha.
2.      Penataan Petak
Dengan luasan lahan 21,2 ha pada petak 25, maka akan dibuat petak-petak kerja  dalam memudahkan pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan. Berikut adalah peta petak 25 Hutan Pendidikan UNHAS yang telah dibagi menjadi beberapa petak kerja untuk pengelolaan hutan. Pembagian petak kerja untuk masing-masing penutupan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah.

Gambar 4. Peta Perencanaan Petak Kerja Petak 25
Pada pembagian petak kerja pada petak 25 dilakukan daur teknik, yaitu umur pada waktu suatu jenis yang diusahakan sudah dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Jadi bergantung pada tujuan pengusahaannya. Jumlah petak yang dibuat dalam hutan pinus adalah 20 petak kerja, dimana berdasarkan daur tebang pohon pinus yaitu 20 tahun dan  jumlah petak pada hutan alam/akasia sebanyak 6 petak kerja, dimana berdasarkan daur tebang pohon akasia yaitu 6 tahun.
3.      Inventarisasi Hutan
            Hasil kegiatan inventarisasi yang telah dilakukan pada petak 25 pada hutan tanaman (pinus) dan hutan alam yang didominasi oleh akasia dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9 di bawah.



    Tabel 8. Data Inventarisai Hutan Tanaman/Pinus pada Petak 25
JALUR
Vtt
( m3 )
Luas
( ha )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
94,63
83,87
85,43
89,52
75,4
77,13
74,65
71,66
73,48
76,68
70,43
64,56
76,56
72,4
68,17
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
Total
1155.57
1,5
Rata-rata

77.038
Rata-rata vol./ha

770,38





















   
     Tabel 9. Data Inventarisai Hutan Alam/Campuran pada Petak 25
JALUR
Vtot
( m3 )
Luas
( ha )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
15.10
12.86
16.58
20.56
13.22
12.07
20.38
14.24
13.22
13.92
20.22
21.8
24.17
18.41
14.66
11.75
13.63
8.71
11.44
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
Total
296.94
1,9
Rata-rata

15,628
Rata-rata vol./ha

156,28











    






Berdasarkan kegiatan inventarisasi potensi tegakan yang telah dilakukan, maka diperoleh data potensi untuk tiap tegakan pada petak 25 adalah sebagai berikut :
1.        Tegakan Pinus memiliki total potensi 1155,57 m3 dengan rata-rata potensi per hektar adalah 770,38 m3
2.        Tegakan Campuran (hutan alam) memiliki potensi 296,94 m3 dengan rata-rata potensi per hektar adalah 156,28 m3
Data hasil kegiatan inventarisasi tegakan untuk tegakan pinus dan hutan alam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
B.     Rehabiltasi
1.      Teknik Pembuatan Persemaian
Pembuatan persemaian ditujukan sebagai tempat pengadaan bibit dalam rangka pembinaan hutan. Pada kegiatan pembuatan persemaian yang telah dilakukan, jenis bibit yang diguanakan yaitu bibit sengon. Untuk sumber bibit sengon diperoleh dari biji. Ada dua jenis persemaian yang dilakukan yaitu persemaian pada bedeng sapih dan bedeng tabur.  
                  
Gambar 5. Diagram Persentase Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bak Tabur

Persemaian pada bedeng sapih pada mulanya dilakukan persemaian pada bak tabur. Pada Gambar 5 di atas menunjukkan diagram persentase pertumbuhan bibit sengon pada bak tabur. Jumlah benih yang ditabur yaitu sebanyak 2000 benih. Jumlah sengon yang berhasil tumbuh yaitu 1690 benih dengan persentase 84,5 %, sebanyak 239 benih yang berjamur dengan persentase 11,95 % dan sebanyak 71 benih  yang mati dengan persentase 3,55 %. Data Pertumbuhan benih sengon pada bak tabur dapat dilihat pada Lampiran 6.






 Gambar 6. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bedeng Sapih

Bibit yang digunakan pada bedeng sapih berasal dari bibit sengon yang disemai pada bak tabur. Pembuatan 2 bedeng sapih yang berisi 1000 polybag dengan masing-masing bedeng sapih berjumlah 500 polybag. Sedangkan pada dua bedeng tabur yang dibuat, jumlah benih yang disebar sebanyak 2 L pada masing-masing bedeng tabur. Pertumbuhan bibit pada bedeng tabur sangat baik. Pemeliharaan bibit pada bedeng tabur yaitu melakukan penyiraman rutin tiap pagi dan sore agar bibit dapat tumbuh subur dan baik.

Gambar 7. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bedeng Tabur

2.      Teknik Penanaman Tanaman
            Pembuatan lubang tanaman sebanyak 250 lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Pada pembuatan lubang tanama dilakukan pemasanga ajir dengan ukuran 1,2 – 1,5 m dan pembuatan mulsa. Pembuatan mulsa ini bertujuan mengurangi aliran air permukaan sehingga memperkecil terjadinya erosi yang akan menutup lubang tanaman yang dibuat.












     Gambar 8. Pembuatan Lubang Tanam
            Dengan pembuatan lubang tanam sebanyak 250 lubang  maka perencanaan penanaman sebanyak lubang tanam yang di buat pula.
3.      Teknik Pemeliharaan Tanaman
            Kegiatan pemeliharaan tanaman yang telah dilakukan pada tanaman gaharu di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran dan pemberian naungan. Penyiangan tanaman merupakan kegiatan pengendalian gulma atau tumbuhan pengganggu dengan tujuan mengurangi kepadatan populasi gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Adapun jenis tanaman pengganggu yang dimaksud adalah alang-alang, rumput, semak dan liana. Kegiatan penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang.
Gambar 9. Pemeliharaan Tanaman Gaharu

            Pendangiran merupakan kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman dengan tujuan memperbaiki sifat fisik tanah. Kegiatan pendangiran dilakukan secara manual dengan menggunakan menggemburkan tanah disekitar tanaman dengan radius 50 cm menggunakan cangkul. Pemberian naungan pada tanaman pada umumnya diberikan pada jenis tanaman yang bersifat toleran. Naungan dibuat agak miring, bagian atap bagian timur dibuat lebih tinggi, hal ini dimaksudkan agar matahari pagi dapat masuk.
4.      Perencaaan Rehabilitasi Lahan
a.      Luas Areal Pembenihan dan Persemaian
Pada petak 25 direncanakan terdapat satu tempat persemaian untuk hutan pinus dan hutan alam/akasia dengan persyaratan tempat dekat dengan sumber air (sungai), daerah yang datar dan drainase baik, terdapat naungan dan terlindung dari ternak, terpusat sehingga memudahkan dalam pengawasan dan perawatan,dan dekat dengan jalan. Jumlah bedeng yang akan dibuat untuk petak 25 adalah tiga buah dengan ukuran luas bedeng tabur pada hutan sebesar 5 m x 1 m, dan jumlah bedeng sapih adalah enam buah, ukuran 5 m x 1 m, dengan ukuran polybag 10 cm x 15 cm. Maka areal pembenihan dan persemaian yang disiapkan seluas 0,1 ha.
Media yang digunakan dalam kegiatan pembibitan atau kegiatan pengisian polibag adalah tanah, pasir dan sekam dengan perbandingan 3 : 1 : 1. Jumlah media tersebut dapat diketahui dengan cara mengetahui ukuran polybag yang digunakan. Ukuran polibag yang digunakan adalah 10 cm x 15 cm, sehingga memiliki volume 0,1175 m3,  dengan jumlah 11.874 bibit, sehingga di dapat jumlah media adalah 1.395,2 m3. Dengan perbandingan 3 : 1 : 1 maka didapat jumlah tanah adalah 837,12 m3, pasir  279,04 m3 dan sekam  279,04 m3.
b.      Luas Penanaman
Luas penanaman pada hutan pinus dan hutan alam/campuran yaitu sesuai dengan jatah luas tebang tahunan. Untuk hutan pinus luas area penanaman setiap tahunnya yaitu  0,075 ha dan untuk  hutan alam campuran yaitu  3,23 ha.
c.       Jumlah Kebutuhan Benih dan Bibit
Dalam perencanaan persemaian yang akan dilakukan pada petak 25, jumlah bibit yang akan digunakan dengan ketentuan jarak tanam 5 m x 5 m adalah 400 bibit/ha, sehingga dapat diketahui jumlah bibit yang akan dipakai pada hutan pinus adalah 400 bibit x 1,5 ha = 600 bibit sedangkan pada hutan alam/akasia adalah 400 bibit x 19,38 = 7.752 bibit sehingga jumlah bibit yang perlu disiapkan adalah 600 + 7.752  = 8.352 bibit. Jumlah polybag yang digunakan adalah sama dengan jumlah bibit yang dibutuhkan yaitu 8.352 bibit. Jumlah benih pinus dalam 1 kg adalah 50.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 12 gram. Sedangkan pada akasia jumlah benih dalam 1 kg adalah 56.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 138,4 gram.
Persentase perkecambahan pada tanaman pinus adalah 75%, maka jumlah benih yang berkecambah pada persemaian adalah 450 benih dan jumlah benih yang tidak berkecambah/mati adalah 150 benih. Sedangkan pada tanaman akasia persentase perkecambahannya adalah 70 %, maka jumlah benih yang berkecambah adalah 5.426 dan jumlah benih yang tidak berkecambah/mati adalah 2.326 benih.
Berdasarakan persentase keberhasilan perkecambahan pada tanaman pinus dan akasia maka jumlah bibit yang disiapkan harus lebih dari perhitungan jumlah bibit/tahun. Jumlah benih yang harus dipersiapkan pada hutan pinus yaitu 800 bibit  dan untuk hutan alam/akasia yaitu 11.074 bibit. Jumlah benih pinus dalam satu kilogram adalah 50.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 16 gram. Sedangkan pada akasia jumlah benih dalam satu kilogram adalah 56.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 197,6 gram.
d.      Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan persemaian adalah:
Jumlah T.Kerja =   = 0,029 ≈ 1 orang
Jadi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan  dalam kegiatan persemaian adalah satu orang, penanaman satu orang dan pemupukan satu orang.
C.    Perencanaan Pengelolaan Hutan
1.      Potensi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu
Pada petak 25 terdapat beberapa potensi hasil hutan kayu dan non kayu. Potensi kayu yang terdapat pada petak 25 yaitu terdapat jenis Pinus (Pinus merkusii) pada hutan tanaman. Untuk hutan alam/campuran terdapatat jenis Acacia sp (akasia), Lento-lento, lobe-lobe, Alstonia scholaris (pulai), Aleurites moluccana, Eugenia aquea (Jambu air), Mangifera indica (mangga). Sedangkan untuk hasil non kayu terdapat rotan yang tersebar pada beberapa tegakan di hutan alam. Selain itu terdapat juga kemiri, getah pinus, burung.
2.      Perencanaan Pengaturan Hasil Hutan
a.      Perencanaan Sistem Silvikultur
Perencanaan pengelolaan hutan pada petak 25 yaitu pengelolaan hutan dengan sistem silvikultur  tebang pilih untuk hutan tanaman pinus dan pada hutan hutan alam/campuran dilakukan sistem sistem tebang habis dengan penanamam.
Untuk hutan pinus dilakukan sisitem tebang pilih dengan memilih pohon-pohon dengan diameter tertentu yaitu lebih besar dari 30 cm yang merupakan pohon-pohon yang siap untuk ditebang. Sedangkan untuk hutan alam yang didominasi oleh akasia dilakukan tebang habis karena pemanfaatan akasia hanya untuk bahan baku pulp dan kertas dengan daur hanya 6 tahun saja.
Petak 1
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 2
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 3
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 4
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 5
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 10
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 9
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 8
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 7
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 6
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 11
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 12
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 13
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 14
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 15
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 20
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 19
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 18
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 17
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
Petak 16
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
      Gambar 10. Bagan pengelolaan hutan pinus pada petak 25

Kegiatan Pemanenan dilaksanakan setiap tahun pada setiap petak dengan simulasi pengelolaan sebagai berikut :
a.       Tahun 1 :  Tebang petak 1.
b.      Tahun 2 :  Tebang petak 2, tanam petak 1.
c.       Tahun 3 : Tebang petak 3, tanam petak 2 dan pemeliharaan petak 1
d.      Tahun 4 : Tebang petak 4, tanam petak 3 dan pemeliharaan petak 1 dan 2
e.       Tahun 5 : Tebang petak 5, tanam petak 4 dan pemeliharaan petak 1, 2, dan 3
f.       Tahun 6 : Tebang petak 6, tanam petak 5 dan  pemeliharaan petak 1, 2, 3 dan 4
g.      Tahun 7 : Tebang petak 7, tanam petak 6 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3 , 4, 5
h.      Tahun 8 : Tebang petak 8, tanam petak 7 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3, 4, 5, 6
i.        Tahun 9 : Tebang petak 9, tanam petak 8 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
j.        Tahun 10 : Tebang petak 10, tanam petak 9 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8,
k.      Tahun 11 : Tebang petak 11, tanam petak 10 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9
l.        Tahun 12 : Tebang petak 12, tanam petak 11 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9 ,10
m.    Tahun 13 : Tebang petak 13, tanam petak 12 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
n.      Tahun 14 : Tebang petak 14, tanam petak 13 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
o.      Tahun 15 : Tebang petak 15, tanam petak 14 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13.
p.       Tahun 16 : Tebang petak 16, tanam petak 15 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
q.      Tahun 17 : Tebang petak 17, tanam petak 16 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
r.        Tahun 18 : Tebang petak 18, tanam petak 17 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
s.       Tahun 19 : Tebang petak 19, tanam petak 18 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
t.        Tahun 20 : Tebang petak 20, tanam petak 19 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18
Petak 1
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Petak 2
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Petak 3
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Petak 4
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Petak 5
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Petak 6
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
Gambar 11. Bagan pengelolaan hutan alam/campuran pada petak 25
Kegiatan Pemanenan dilaksanakan setiap tahun pada setiap petak dengan simulasi pengelolaan sebagai berikut :
a.       Tahun 1 :  Tebang petak 1.
b.      Tahun 2 :  Tebang petak 2, tanam petak 1.
c.       Tahun 3 : Tebang petak 3, tanam petak 2 dan pemeliharaan petak 1
d.      Tahun 4 : Tebang petak 4, tanam petak 3 dan pemeliharaan petak 1 dan 2
e.       Tahun 5 : Tebang petak 5, tanam petak 4 dan pemeliharaan petak 1, 2, dan 3
f.       Tahun 6 : Tebang petak 6, tanam petak 5 dan  pemeliharaan petak 1, 2, 3 dan 4
b.      Perencanaan Luas Jatah Tebang Tahunan
1)      Hutan Pinus
JTT luas              =  
   =  
   = 0,075  ha/tahun
2)      Hutan Alam/akasia
JTT luas              =  
   =  
   = 3,23  ha/tahun
c.       Perencanaan Volume Jatah Tebang Tahunan
1)      Hutan Pinus
JTT volume     =  
 =     =  36.98 m3/tahun
2)      Hutan Alam/akasia
JTT volume     =  
  =        =  27.71 m3/tahun

3.      Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan
a.      Perencanaan PWH
`Perencanaan pembukaan wilayah hutan pada petak 25 ditujukan hanya pada pembuatan jalan sarad saja karena jalan utama untuk pengangkutan tidak berada pada areal petak 25. Jalan sarad yang dibuat merupakan jalan yang tidak diperkeras. Pembukaan jalan sarad ini dilakukan dengan menebang pohon-pohon yang berada sepanjang pembuatan jalan sarad yang telah direncanakan.
b.      Perencanaan Penebangan dan Pembagian Batang
Sistem pemanenan pada hutan pinus yang digunakan untuk bahan baku kayu lapis adalah Tree-Length–System yaitu sortimen yang dihasilkan berupa batang sampai tajuk dan sistem pemanenan pada hutan alam/akasia yang digunakan untuk bahan baku pulp adalah Full-Tree-System yaitu memanfaatkan seluruh bagian pohon. Berdasarkan energi yang digunakan menggunakan sistem semi mekanis, yaitu sistem pemanenan kayu yang dilaksanakan dengan tenaga manusia namun dengan bantuan mesin-mesin pemanenan kayu (dengan bantuan chainsaw). Rencana kegiatan penebangan yang akan dilakukan pada petak 25 adalah pada hutan pinus dilakukan kegiatan tebang pilih sedangkan rencana kegiatan penebangan pada hutan alam akasia dilakukan kegiatan tebang habis. Kegiatan bagi batang  hasil tebangan dilakukan di tempat tebangan dengan membagi sortimen dengan ukuran tertentu agar lebih mudah untuk disarad.
c.       Perencanaan Penyaradan
Perencanaan dalam kegiatan penyaradan dan pengangkutan, pada petak 25 ditempatkan 2 TPN, ditempatkan sebanyak 2 TPN agar seluruh lokasi penebangan pada petak 25 dapat terjangkau sehingga memudahkan dalam kegiatan penyaradan. Kegiatan penyaradan yang direncanakan pada petak 25 ini yaitu hanya menggunakan tenaga manusia karena akses menuju petak 25 ini hanya dapat dijangkau oleh manusia dengan kelerengan yang cukup besar. Penyaradan dengan cara dipikul ini memiliki kapasitas sarad maksimal 5 m3/hari untuk dua orang.
d.      Perencanaan Pengangkutan
Perencanaan pengangkutan log-log hasil tebangan pada petak 25 ini yaitu dengan menggunakan truk. Kegiatan pengangkutan log-log hasil tebangan yang berada di TPn dekat jalan utama memerlukan satu truk saja untuk kemampuan produksi log yang tidak terlalu besar setiap tahunnya.
e.       Perencanaan Peralatan dan Tenaga Kerja Pemanenan
1). Penebangan
Kegiatan penebangan dilakukan dengan 5,2 jam kerja/hari, 25 hari kerja selama sebulan (12 bulan), dan produktivitas tenaga kerja 16,15 m3/jam. Biaya penebangan Rp. 140.000/m3. Adapun peralatan yang digunakan pada proses penebangan yaitu chainsaw. Jumlah chainsaw yang dibutuhkan:
Kemampuan chainsaw pertahun: 16,15 x 5,2 x 25 x 12 = 25.194 m3/tahun
Jumlah chainsaw =   =  = 0,0024≈1unit
Jadi jumlah chainsaw yang dibutuhkan dalam penebangan yaitu 1 unit. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses penebangan yaitu dua orang, yang terdiri dari satu regu. Asumsinya satu regu terdiri dari satu orang operator chainsaw dan satu orang pembersih liana.
b). Penyaradan
Pada kegiatan penyaradan, yang digunakan adalah tenaga manusia dengan cara memikul. Dengan asumsi 7 jam kerja/hari, 15 hari kerja dalam sebulan (12 bulan), produktivitas tenaga manusia memiliki kemampuan menyarad 2,24 m3/jam, Biaya menyarad Rp.73.684,22 /m3. Maka jumlah tenaga manusia yang dibutuhkan adalah :
Kemampuan memikul pertahun : 2,24 x 7 x 15 x 12 = 2822,4 m3/tahun      
Jumlah T.Kerja =   = 0,021 ≈ 1 orang
c). Pengangkutan
Pada kegitan pengangkutan yang dapat digunakan yaitu pengangkutan dengan menggunakan truk . Dengan asumsi 7 jam kerja/hari,15 hari kerja dalam sebulan (12 bulan) dan  satu truk memiliki kemampuan mengangkut 7,5 m3/jam. Biaya pengangkutan Rp. 1.750.000 /m3 Maka jumlah truk yang dibutuhkan adalah:
Kemampuan truk pertahun: 7,5 x 7 x 15 x 12 = 9450 m3/tahun
Jumlah Truk =    = 0,0064 ≈ 1 unit
Jadi jumlah yang dibutuhkan jika menggunakan pengangkutan dengan truk adalah  satu unit, dan jumlah tenaga kerja berjumlah dua orang. Dengan asumsi untuk satu orang sebagai pengemudi dan satu orang sebagai pengemudi cadangan.

D.    Perencanaan Industri Pengelolaan Hasil Hutan
 Rencana pemanfaatan hasil hutan yaitu sebagai bahan baku veener dan kayu lapis. Hal ini sangat sesuai dengan potensi areal pada petak 25. Tegakan pada lokasi rencana eksploitasi didominasi oleh pohon pinus yang siap panen dengan diameter >30 cm dengan tinggi bebas cabang 7 - 20 m. Pinus cocok untuk bahan baku karena veener dan kayu lapis karena pinus merupakan jenis kayu lunak yang memiliki serat yang panjang, sehingga mudah untuk disayat menjadi lembaran-lembaran yang tipis.
Sedangkan pemanfaatan kayu pada hutan alam/campuran yang didominasi oleh tanaman akasia pada petak 25 yang siap panen dengan diameter >20 yaitu cocok untuk bahan baku pulp dan kertas karena memiliki volume kayu yang tinggi, akasia juga memiliki tinggi bebas cabang yang rendah sehingga hanya dimungkinkan untuk pemanfaatan pulp dan kertas.
E.     Perencanaan Perlindungan dan Konservasi Hutan
            Upaya perlindungan dan pemeliharaan hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara sehingga dapat menjamin kesinambungan persediaan sumber daya hutan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilai sumber daya hutan tersebut. Upaya–upaya yang dapat dilakukan meliputi perlindungan hutan dari ternak atau pengembalaan liar, perladangan berpindah, pembalakan liar, maupun bahaya kebakaran yang merupakan masalah urgent yang sering kita jumpai.
                        Upaya perlindungan ini dapat dilakukan dan mudah direalisasikan jika masyarakat sekitar maupun pihak-pihak terkait memiliki kesadaran penuh dalam pemeliharaan hutan. Pengelolaan hutan hendaknya direncankan agar pemanfaatan sumber daya hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal.