PERENCANAAN
DAN PENGELOLAAN HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN DAN MAGANG PADA
PT.
INHUTANI I UMH KUNYIT WILAYAH TARAKAN KALIMATAN TIMUR
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang sangat
besar manfaatnya bagi kesejahteraan manusia adalah hutan. Hutan juga merupakan
modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar pembangunan nasional,
maka hutan tersebut harus kita jaga kelestariannya agar kelak manfaat hutan ini
tidak hanya kita nikmati sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Oleh sebab itu, sumber daya alam ini perlu dikelola dengan baik dan tepat agar
manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Perencanaan hutan diperlukan untuk
membuat mekanisme perencanaan strategik dan kegiatan yang menjamin nilai-nilai
hutan akan terlindungi selama pemanenan. Mekanisme ini juga menyebut
pemanfaatan lahan dan sumber daya hutan secara maksimum dan bertanggungjawab
bagi semua pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan dampak sosial ekonomi
dan lingkungan di daerah tersebut..
Perencanaan yang tepat dan baik sangat
diperlukan agar pelaksanaan dapat berjalan lancar, sesuai yang kita harapkan,
yaitu berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dimana hutan selalu ada, produksi
selalu ada, dan kondisinya selalu baik. Diharapkan dengan adanya suatu
perencanaan, maka hutan dapat diurus dan diusahakan dengan baik agar
kelestarian hutan dapat terwujud.
Ada dua fungsi hutan yang amat vital.
Pertama, sebagai tempat tinggal jutaan makhluk hidup berupa tumbuhan, binatang
dan jasad renik. Kedua, menjaga agar sistem ekologi bumi tetap seimbang. Kedua
fungsi tersebut dapat dipertahankan apabila dilakukan kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan hutan yang sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan hutan secara
lestari, tepat guna dan dapat diaplikasikan secara praktis.
Pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang
baik seharusnya didasari dengan perencanaan yang baik pula, dengan memperhatikan
dan mempertimbangkan dampak biologi hutan, keadaan sosial, ekonomi serta budaya
masyarakat sekitar hutan. Selain perencanaan yang baik faktor sumber daya
manusia juga turut berperan dalam keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan
hutan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan
dan kemampuan yang handal khususnya dalam bidang kehutanan.
Mahasiswa kehutanan sebagai kalangan
akademisi dan kader rimbawan professional, diharapkan mampu memberikan jawaban
dan solusi-solusi dalam keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan hutan berupa
pemikiran dan tindakan nyata. Untuk itu mahasiswa kehutanan dituntut bukan
hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang bersifat teori saja, tetapi juga
mampu menerapkan dan mengaplikasikan teori tersebut di lapangan.
Bertitik tolak dari
kerangka pemikiran tersebut, maka mahasiswa kehutanan perlu melakukan kegiatan
praktek umum atau magang pada suatu wilayah hutan dan instansi kehutanan
sebagai sarana pembinaan dan peningkatan mutu rimbawan. Praktek umum atau magang merupakan suatu program mata
kuliah wajib pada Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, yang bertujuan
untuk menambah wawasan dan pemahaman bagi mahasiswa dalam hal teknis
pelaksanaan di lapangan berdasarkan konsep dan teori yang diperoleh pada bangku
kuliah. Dengan bekal pengalaman selama praktek umum ini, dapat dijadikan
refleksi untuk penyempurnaan pengelolaan hutan saat ini dan di masa yang akan
datang.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dilakukan kegiatan praktek umum / magang adalah sebagai berikut
1.
Menambah
wawasan berfikir serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
melalui kegiatan interaksi dan aplikasi langsung berbagai pengetahuan yang diperoleh
mahasiswa selama belajar di bangku kuliah.
2.
Melatih
mahasiswa untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah serta menganalisis
informasi yang kemudian dijadikan dasar dalam proses penyusunan perencanaan dan
pengelolaan hutan
3.
Mengetahui
tugas pokok dan fungsi serta menggali informasi mengenai bidang kehutanan
pada instansi-instansi kehutanan
Sedangkan kegunaan dari kegiatan
praktek umum / magang adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis
mahasiswa di lapangan berdasarkan konsep dan teori yang telah didapatkan pada
bangku kuliah, serta melatih mahasiswa untuk melihat dan mengenali secara
langsung masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan hutan dan pemecahannya.
C. Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktek umum / magang ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan. Untuk
kegiatan Praktek Umum dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai dengan 25 Juli
2011, pada areal Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Desa Limampoccoe,
Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Sedangkan untuk kegiatan magang
dilaksanakan pada tanggal 19 September sampai dengan 18 Oktober 2011 di PT.
Inhutan I UMH Kunyit Wilayah Tarakan, Kalimantan Timur.
II.
METODA
PELAKSANAAN
A. Persemaian
1.
Waktu dan Tempat
Kegiatan
persemaian dilaksanakan selama empat hari yaitu pada tanggal 27 – 30 Juni 2011, yang bertempat di areal persemaian
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih sengon, parang,
cangkul, ember, polybag, tali rafiah, media tumbuh (tanah, pasir, sekam) dan bambu.
3. Prosedur
Kerja
Prosedur pelaksanaan pembuatan
persemaian adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan benih yang akan disemai. Adapun
jenis benih yang akan disemai adalah sengon.
b. Memilih
lokasi persemaian berdasarkan kriteria lokasi persemaian yang baik.
c. Membersihkan
lokasi persemaian dari gulma dengan menggunakan parang dan cangkul.
d. Mengolah
tanah dan membuatkan drainase pada lokasi persemaian dengan menggunakan
cangkul. Dalam mengolah tanah sebaiknya digemburkan di permukaannya saja dan
tidak mencangkulnya terlalu dalam.
e. Membuat
bedengan dari bambu dengan ukuran lebar 1 meter, panjang 5 meter dan tinggi 10
– 15 cm.
f. Penyiapan
benih sebelum disapih, yaitu dengan merendam benih dengan suhu awal lebih
kurang 75°C dibiarkan dingin selama 24 jam.
g. Mengisi
polybag dengan media tumbuh (Tanah,
sekam dan pasir) dengan perbandingan 3:1:1. Setelah itu isi dengan tanaman yang
akan disapih, usahakan media tumbuh menutupi hingga leher akar tanaman.
h. Pindahkan polybag
yang telah terisi oleh media tumbuh dan tanaman ke bedeng sapih.
i. Pemeliharaan persemaian dilakukan secara rutin
meliputi, penyiraman dan pembersihan
dari gulma
B. Pemeliharaan Tanaman
1. Waktu dan
Tempat
Kegiatan
pemeliharaan tanaman dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 1 Juli
2011, yang bertempat di sekitar tanaman gaharu pada Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan
Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cangkul, parang, skop dan
tali rafiah.
3. Prosedur
Kerja
Prosedur pelaksanaan pemeliharaan
tanaman adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan
gulma disekitar tanaman gaharu dengan menggunakan parang dan cangkul.
b. Menggemburkan
tanah disekitar tanaman gaharu dengan menggunakan cangkul dengan radius 25 - 50
cm.
c. Memberikan
naungan pada tanaman gaharu dengan menggunakan paranet (sarlon).
C. Pembuatan
Lubang Tanam
1.
Waktu dan Tempat
Kegiatan
pembuatan lubang tanam dilaksanakan selama lima hari yaitu pada tanggal 2 –
6 Juli 2011, yang bertempat di Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang, cangkul, linggis,
tali rafiah, bambu.
3. Prosedur
Kerja
Prosedur pelaksanaan pemeliharaan
tanaman adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan area untuk pembuatan lubang dengan
ukuran 30 x 50 m.
b. Membersihkan
lahan yang dengan menggunakan parang dan cangkul.
c. Membuat
lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm
d. Memasang
ajir pada setiap lubang tanam.
D.
Penataan Areal Kerja (PAK)
1.Waktu dan
Tempat
Kegiatan Penataan Areal Kerja
dilaksanakan selama delapan hari, yaitu dari tanggal 9 – 16 Juli 2011, yang
bertempat pada petak 25 Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan
Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah peta kerja, GPS, kompas,
parang, kamera dan alat tulis menulis.
3. Prosedur
Kerja
Prosedur
pelaksanaan kegiatan Penataan Areal Kerja adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan
titik nol (P0) dan titik ikat petak kerja dilapangan dengan menggunakan peta
kerja yang telah disediakan. Untuk penentuan batas vegetasi penetapan titik nol
(P0) dan titik ikat dilakukan dengan mencari secara langsung dilapangan dengan
menggunakan GPS.
b. Mencari
titik nol (P0) dan titik ikat petak kerja dilapangan yang telah ditetapkan
dengan menggunakan GPS dan kompas
c. Apabila
telah menemukan titik nol (P0) dilapangan maka dibuat alur batas petak kerja
dengan lebar ± satu meter
d. Memancang
pal batas dilapangan pada setiap sudut petak kerja.
e. Membuat
peta hasil pengukuran.
E.
Inventarisasi Potensi Tegakan
1. Waktu dan
Tempat
Kegiatan Inventarisasi potensi
tegakan dilaksanakan selama satu minggu, yaitu dari tanggal 17 – 23 Juli 2011,
yang bertempat pada petak 25 Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
2.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah GPS, kompas, parang, pita
meter, haga meter, meteran roll, tali rafiah, kamera, tally sheet dan alat
tulis menulis.
3.
Prosedur Kerja
Prosedur pelaksanaan kegiatan
Inventarisasi potensi tegakan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan
intensitas sampling pada masing-masing jenis tegakan. Untuk tegakan sejenis
diberikan intensitas sampling 100% (sensus) sedangkan untuk tegakan campuran
(hutan alam) diberikan intensitas sampling 10% dari luas areal.
b. Membuat
petak-petak ukur dengan menggunakan roll meter dan tali rafiah pada
masing-masing tegakan, dengan luasan masing – masing petak ukur adalah 0,1 ha.
c. Melakukan
pengukuran diameter dengan menggunakan pita meter, tinggi total dan tinggi
bebas cabang dengan haga meter.
d. Melakukan
penandaan pada pohon-pohon yang telah diukur. Hal ini dimaksudkan agar tidak
ada pohon yang diukur secara berulang.
e. Mencatat
data hasil pengukuran ke dalam tally sheet.
|
Keterangan
: V = Volume pohon
D = Diameter Pohon
T = Tinggi pohon
f = Angka bentuk
G. Kegiatan Magang
A. Kegiatan
Magang
1.
Waktu dan Tempat
Kegiatan
magang dimulai pada bulan September – Oktober 2011 di PT. Inhutani I Wilayah
Tarakan UMH Kunyit, Kalimatan Timur.
2. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tulis menulis dan
kamera digital.
3. Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja pada kegiatan ini adalah mencari data-data dan Informasi sesuai dengan
program kerja yang telah dibuat sebelumnya, baik melalui diskusi, penelusuran
dokumen dan pengamatan secara langsung.
III.
PERENCANAAN
PENGELOLAAN HUTAN
PENDIDIKAN
BENGO-BENGO
A. Perencanaan Penataan Lahan
1.
Penataan batas Luar
Penataan
batas luar ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan titik ikat yaitu
pada titik P0 (806359, 9448854). Penataan batas luar yang dilakukan pada petak 25
seluas 21,2
ha ini diperoleh
dengan mengumpulkan data-data koordinat pada masing-masing patok bantu yang
telah ditentukan sebelum ke lapangan. Koordinat batas luar pada petak 25 dapat
dilihat pada tabel 7 di bawah.
Tabel 7. Koordinat Batas Luar Petak 25
PATOK
|
X
|
Y
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
|
P0
|
806359
|
9448854
|
|
P1
|
806275
|
9448891
|
|
P2
|
806213
|
9448953
|
|
P3
|
806099
|
9449004
|
|
P4
|
806067
|
9448988
|
|
P5
|
805981
|
9448927
|
|
P6
|
805751
|
9448822
|
|
P7
|
805718
|
9448846
|
|
P8
|
805676
|
9448932
|
|
P9
|
805617
|
9449098
|
|
P10
|
805745
|
9449070
|
|
P11
|
805810
|
9449085
|
|
P12
|
805849
|
9449083
|
|
P13
|
805878
|
9449089
|
|
P14
|
805953
|
9449118
|
|
P15
|
806056
|
9449241
|
|
P16
|
806149
|
9449305
|
|
P17
|
806195
|
9449324
|
|
P18
|
806236
|
9449332
|
|
P19
|
806286
|
9449330
|
|
P20
|
806311
|
9449335
|
|
P21
|
806360
|
9449332
|
|
P22
|
806370
|
9449314
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
|
P23
|
806420
|
9449235
|
|
P24
|
806424
|
9449188
|
|
P25
|
806412
|
9449102
|
|
P26
|
806410
|
9448980
|
|
P27
|
806375
|
9448879
|
|
P28
|
806370
|
9448867
|
|
P29
|
806352
|
9448846
|
|
P30
|
806350
|
9448838
|
Penataan
batas luar yang dilakukan merupakan kegiatan rekonstruksi batas luar pada petak
25. Peta batas luar dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan kegiatan
rekonstruksi batas luar pada petak 25, maka secara umum letak petak 25 adalah
sebagai berikut :
1.
Sebelah Utara berbatasan dengan petak 24
dan 27
2.
Sebelah Timur bebatasan dengan
petak 27
3.
Sebelah Selatan bebatasan dengan petak 21
4. Sebelah
Barat berbatasan dengan petak 20
Penataan areal kerja merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok kerja tahunan dan petak kerja guna
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan Unit Pengelolaan
Hutan. Ketentuan penataan areal kerja diatur untuk menyusun perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan pengusahaan hutan pada petak kerja.
Gambar 3. Peta Blok Petak 25
Pada gambar di atas, dapat dilihat
bahwa petak 25 terdapat tiga jenis tutupan vegetasi. Vegetasi yang dapat
ditemui adalah vegetasi pinus, hutan alam/campuran dan sawah. Luasan untuk
masing-masing tutupan vegetasi tersebut adalah untuk vegetasi pinus 1,5 ha dan hutan alam/campuran 19,38 ha. Pada
petak 25 juga terdapat sawah dengan luas 0,32 ha.
2.
Penataan
Petak
Dengan luasan lahan 21,2
ha pada petak 25, maka akan dibuat petak-petak kerja dalam memudahkan pemanfaatan dan pengelolaan
hasil hutan. Berikut adalah peta petak 25 Hutan Pendidikan UNHAS yang telah
dibagi menjadi beberapa petak kerja untuk pengelolaan hutan. Pembagian petak
kerja untuk masing-masing penutupan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 4 di
bawah.
Gambar 4. Peta Perencanaan Petak Kerja Petak 25
Pada
pembagian petak kerja pada petak 25 dilakukan daur teknik, yaitu umur pada waktu
suatu jenis yang diusahakan sudah dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan
untuk tujuan tertentu. Jadi bergantung pada tujuan pengusahaannya. Jumlah petak
yang dibuat dalam hutan pinus adalah 20 petak kerja, dimana berdasarkan daur
tebang pohon pinus yaitu 20 tahun dan
jumlah petak pada hutan alam/akasia sebanyak 6 petak kerja, dimana
berdasarkan daur tebang pohon akasia yaitu 6 tahun.
3.
Inventarisasi
Hutan
Hasil kegiatan inventarisasi yang
telah dilakukan pada petak 25 pada hutan tanaman (pinus) dan hutan alam yang
didominasi oleh akasia dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9 di bawah.
Tabel 8. Data Inventarisai Hutan
Tanaman/Pinus pada Petak 25
JALUR
|
Vtt
( m3 )
|
Luas
( ha )
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
94,63
83,87
85,43
89,52
75,4
77,13
74,65
71,66
73,48
76,68
70,43
64,56
76,56
72,4
68,17
|
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
|
Total
|
1155.57
|
1,5
|
Rata-rata
|
77.038
|
|
Rata-rata vol./ha
|
770,38
|
Tabel 9. Data Inventarisai Hutan
Alam/Campuran pada Petak 25
JALUR
|
Vtot
( m3 )
|
Luas
( ha )
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
|
15.10
12.86
16.58
20.56
13.22
12.07
20.38
14.24
13.22
13.92
20.22
21.8
24.17
18.41
14.66
11.75
13.63
8.71
11.44
|
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
|
Total
|
296.94
|
1,9
|
Rata-rata
|
15,628
|
|
Rata-rata vol./ha
|
156,28
|
Berdasarkan
kegiatan inventarisasi potensi tegakan yang telah dilakukan, maka diperoleh
data potensi untuk tiap tegakan pada petak 25 adalah sebagai berikut :
1.
Tegakan Pinus memiliki total potensi
1155,57 m3 dengan rata-rata potensi per hektar adalah 770,38 m3
2.
Tegakan Campuran (hutan alam) memiliki potensi
296,94 m3 dengan rata-rata potensi per hektar adalah 156,28 m3
Data
hasil kegiatan inventarisasi tegakan untuk tegakan pinus dan hutan alam
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
B. Rehabiltasi
1. Teknik Pembuatan Persemaian
Pembuatan persemaian ditujukan sebagai tempat
pengadaan bibit dalam rangka pembinaan hutan. Pada kegiatan pembuatan
persemaian yang telah dilakukan, jenis bibit yang diguanakan yaitu bibit sengon.
Untuk sumber bibit sengon diperoleh dari biji. Ada dua jenis persemaian yang
dilakukan yaitu persemaian pada bedeng sapih dan bedeng tabur.
Gambar 5. Diagram Persentase Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bak Tabur
Persemaian pada bedeng sapih pada mulanya
dilakukan persemaian pada bak tabur. Pada Gambar 5 di atas menunjukkan diagram
persentase pertumbuhan bibit sengon pada bak tabur. Jumlah benih yang ditabur
yaitu sebanyak 2000 benih. Jumlah sengon yang berhasil tumbuh yaitu 1690 benih
dengan persentase 84,5 %, sebanyak 239 benih yang berjamur dengan persentase
11,95 % dan sebanyak 71 benih yang mati
dengan persentase 3,55 %. Data Pertumbuhan benih sengon pada bak tabur dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bedeng Sapih
Bibit yang digunakan pada bedeng sapih berasal
dari bibit sengon yang disemai pada bak tabur. Pembuatan 2 bedeng sapih yang
berisi 1000 polybag dengan masing-masing bedeng sapih berjumlah 500 polybag. Sedangkan
pada dua bedeng tabur yang dibuat, jumlah benih yang disebar sebanyak 2 L pada
masing-masing bedeng tabur. Pertumbuhan bibit pada bedeng tabur sangat baik.
Pemeliharaan bibit pada bedeng tabur yaitu melakukan penyiraman rutin tiap pagi
dan sore agar bibit dapat tumbuh subur dan baik.
Gambar 7. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Bedeng Tabur
2. Teknik Penanaman Tanaman
Gambar
8. Pembuatan Lubang Tanam
Dengan
pembuatan lubang tanam sebanyak 250 lubang
maka perencanaan penanaman sebanyak lubang tanam yang di buat pula.
3. Teknik Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan
pemeliharaan tanaman yang telah dilakukan pada tanaman gaharu di Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran dan
pemberian naungan. Penyiangan tanaman merupakan kegiatan pengendalian gulma
atau tumbuhan pengganggu dengan tujuan mengurangi kepadatan populasi gulma agar
tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Adapun jenis tanaman pengganggu yang
dimaksud adalah alang-alang, rumput, semak dan liana. Kegiatan penyiangan
dilakukan secara manual dengan menggunakan parang.
Gambar 9.
Pemeliharaan Tanaman Gaharu
Pendangiran
merupakan kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman dengan tujuan
memperbaiki sifat fisik tanah. Kegiatan pendangiran dilakukan secara manual
dengan menggunakan menggemburkan tanah disekitar tanaman dengan radius 50 cm
menggunakan cangkul. Pemberian naungan pada tanaman pada umumnya diberikan pada
jenis tanaman yang bersifat toleran. Naungan dibuat agak miring, bagian atap
bagian timur dibuat lebih tinggi, hal ini dimaksudkan agar matahari pagi dapat
masuk.
4. Perencaaan Rehabilitasi Lahan
a.
Luas
Areal Pembenihan dan Persemaian
Pada
petak 25 direncanakan terdapat satu tempat persemaian untuk hutan pinus dan
hutan alam/akasia dengan persyaratan tempat dekat dengan sumber air (sungai),
daerah yang datar dan drainase baik, terdapat naungan dan terlindung dari
ternak, terpusat sehingga memudahkan dalam pengawasan dan perawatan,dan dekat
dengan jalan. Jumlah bedeng yang akan dibuat untuk petak 25 adalah tiga buah
dengan ukuran luas bedeng tabur pada hutan sebesar 5 m x 1 m, dan jumlah bedeng
sapih adalah enam buah, ukuran 5 m x 1 m, dengan ukuran polybag 10 cm x 15 cm.
Maka areal pembenihan dan persemaian yang disiapkan seluas 0,1 ha.
Media yang digunakan dalam kegiatan
pembibitan atau kegiatan pengisian polibag adalah tanah, pasir dan sekam dengan
perbandingan 3 : 1 : 1. Jumlah media tersebut dapat diketahui dengan cara
mengetahui ukuran polybag yang digunakan. Ukuran polibag yang digunakan adalah
10 cm x 15 cm, sehingga memiliki volume 0,1175 m3, dengan jumlah 11.874 bibit, sehingga di dapat
jumlah media adalah 1.395,2 m3. Dengan perbandingan 3 : 1 : 1 maka
didapat jumlah tanah adalah 837,12 m3, pasir 279,04 m3 dan sekam 279,04 m3.
b.
Luas
Penanaman
Luas penanaman
pada hutan pinus dan hutan alam/campuran yaitu sesuai dengan jatah luas tebang
tahunan. Untuk hutan pinus luas area penanaman setiap tahunnya yaitu 0,075 ha dan untuk hutan alam campuran yaitu 3,23 ha.
c.
Jumlah
Kebutuhan Benih dan Bibit
Dalam
perencanaan persemaian yang akan dilakukan pada petak 25, jumlah bibit yang
akan digunakan dengan ketentuan jarak tanam 5 m x 5 m adalah 400 bibit/ha,
sehingga dapat diketahui jumlah bibit yang akan dipakai pada hutan pinus adalah
400 bibit x 1,5 ha = 600 bibit sedangkan pada hutan alam/akasia adalah 400
bibit x 19,38 = 7.752 bibit sehingga jumlah bibit yang perlu disiapkan adalah 600
+ 7.752 = 8.352 bibit. Jumlah polybag
yang digunakan adalah sama dengan jumlah bibit yang dibutuhkan yaitu 8.352 bibit.
Jumlah benih pinus dalam 1 kg adalah 50.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan
adalah 12 gram. Sedangkan pada akasia jumlah benih dalam 1 kg adalah 56.000
benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 138,4 gram.
Persentase
perkecambahan pada tanaman pinus adalah 75%, maka jumlah benih yang berkecambah
pada persemaian adalah 450 benih dan jumlah benih yang tidak berkecambah/mati
adalah 150 benih. Sedangkan pada tanaman akasia persentase perkecambahannya
adalah 70 %, maka jumlah benih yang berkecambah adalah 5.426 dan jumlah benih
yang tidak berkecambah/mati adalah 2.326 benih.
Berdasarakan
persentase keberhasilan perkecambahan pada tanaman pinus dan akasia maka jumlah
bibit yang disiapkan harus lebih dari perhitungan jumlah bibit/tahun. Jumlah
benih yang harus dipersiapkan pada hutan pinus yaitu 800 bibit dan untuk hutan alam/akasia yaitu 11.074 bibit.
Jumlah benih pinus dalam satu kilogram adalah 50.000 benih, jadi benih yang
dibutuhkan adalah 16 gram. Sedangkan pada akasia jumlah benih dalam satu
kilogram adalah 56.000 benih, jadi benih yang dibutuhkan adalah 197,6 gram.
d.
Jumlah
Tenaga Kerja
Jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan persemaian adalah:
Jumlah
T.Kerja
=
= 0,029 ≈ 1 orang
Jadi
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam kegiatan persemaian adalah satu orang, penanaman satu orang dan
pemupukan satu orang.
C. Perencanaan
Pengelolaan Hutan
1. Potensi Hasil Hutan Kayu dan Non
Kayu
Pada
petak 25 terdapat beberapa potensi hasil hutan kayu dan non kayu. Potensi kayu
yang terdapat pada petak 25 yaitu terdapat jenis Pinus (Pinus merkusii) pada hutan tanaman. Untuk hutan alam/campuran
terdapatat jenis Acacia sp (akasia),
Lento-lento, lobe-lobe, Alstonia
scholaris (pulai), Aleurites moluccana, Eugenia aquea (Jambu
air), Mangifera indica (mangga).
Sedangkan untuk hasil non kayu terdapat rotan yang tersebar pada beberapa
tegakan di hutan alam. Selain itu terdapat juga kemiri, getah pinus, burung.
2. Perencanaan Pengaturan Hasil Hutan
a.
Perencanaan
Sistem Silvikultur
Perencanaan
pengelolaan hutan pada petak 25 yaitu pengelolaan hutan dengan sistem silvikultur tebang pilih untuk hutan tanaman pinus dan pada
hutan hutan alam/campuran dilakukan sistem sistem tebang habis dengan penanamam.
Untuk
hutan pinus dilakukan sisitem tebang pilih dengan memilih pohon-pohon dengan
diameter tertentu yaitu lebih besar dari 30 cm yang merupakan pohon-pohon yang
siap untuk ditebang. Sedangkan untuk hutan alam yang didominasi oleh akasia
dilakukan tebang habis karena pemanfaatan akasia hanya untuk bahan baku pulp
dan kertas dengan daur hanya 6 tahun saja.
Petak 1
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 2
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 3
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 4
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 5
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 10
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 9
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 8
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 7
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 6
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 11
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 12
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 13
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 14
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 15
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 20
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 19
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 18
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 17
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Petak 16
Luas = 0,075 ha
V = 32.36 m3
|
Gambar 10. Bagan pengelolaan hutan pinus
pada petak 25
Kegiatan Pemanenan
dilaksanakan setiap tahun pada setiap petak dengan simulasi pengelolaan sebagai
berikut :
a. Tahun 1 : Tebang petak 1.
b.
Tahun 2 : Tebang petak 2, tanam petak 1.
c.
Tahun 3 : Tebang petak
3, tanam petak 2 dan pemeliharaan petak 1
d.
Tahun 4 : Tebang petak
4, tanam petak 3 dan pemeliharaan petak 1 dan 2
e.
Tahun 5 : Tebang petak
5, tanam petak 4 dan pemeliharaan petak 1, 2, dan 3
f.
Tahun 6 : Tebang petak
6, tanam petak 5 dan pemeliharaan petak
1, 2, 3 dan 4
g.
Tahun 7 : Tebang petak
7, tanam petak 6 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3 , 4, 5
h.
Tahun 8 : Tebang petak
8, tanam petak 7 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3, 4, 5, 6
i.
Tahun 9 : Tebang petak
9, tanam petak 8 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
j.
Tahun 10 : Tebang
petak 10, tanam petak 9 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8,
k.
Tahun 11 : Tebang
petak 11, tanam petak 10 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9
l.
Tahun 12 : Tebang petak
12, tanam petak 11 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9 ,10
m.
Tahun 13 : Tebang
petak 13, tanam petak 12 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11,
n.
Tahun 14 : Tebang
petak 14, tanam petak 13 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12
o.
Tahun 15 : Tebang
petak 15, tanam petak 14 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13.
p.
Tahun 16 : Tebang
petak 16, tanam petak 15 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14
q.
Tahun 17 : Tebang
petak 17, tanam petak 16 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15
r.
Tahun 18 : Tebang
petak 18, tanam petak 17 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16
s.
Tahun 19 : Tebang
petak 19, tanam petak 18 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
t.
Tahun 20 : Tebang
petak 20, tanam petak 19 dan pemeliharaan petak 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18
Petak 1
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Petak 2
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Petak 3
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Petak 4
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Petak 5
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Petak 6
Luas = 3,23 ha
V = 27,71 m3
|
Gambar 11. Bagan pengelolaan hutan alam/campuran
pada petak 25
Kegiatan Pemanenan dilaksanakan setiap tahun
pada setiap petak dengan simulasi pengelolaan sebagai berikut :
a.
Tahun 1 : Tebang petak 1.
b.
Tahun 2 : Tebang petak 2, tanam petak 1.
c.
Tahun 3 : Tebang petak
3, tanam petak 2 dan pemeliharaan petak 1
d.
Tahun 4 : Tebang petak
4, tanam petak 3 dan pemeliharaan petak 1 dan 2
e.
Tahun 5 : Tebang petak
5, tanam petak 4 dan pemeliharaan petak 1, 2, dan 3
f.
Tahun 6 : Tebang petak
6, tanam petak 5 dan pemeliharaan petak
1, 2, 3 dan 4
b.
Perencanaan
Luas Jatah Tebang Tahunan
1) Hutan
Pinus
JTT
luas =
=
= 0,075 ha/tahun
2) Hutan
Alam/akasia
JTT
luas =
=
= 3,23 ha/tahun
c. Perencanaan Volume Jatah Tebang
Tahunan
1) Hutan
Pinus
JTT volume =
=
= 36.98 m3/tahun
2) Hutan
Alam/akasia
JTT volume =
=
= 27.71
m3/tahun
3. Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan
a.
Perencanaan
PWH
`Perencanaan pembukaan wilayah hutan
pada petak 25 ditujukan hanya pada pembuatan jalan sarad saja karena jalan
utama untuk pengangkutan tidak berada pada areal petak 25. Jalan sarad yang
dibuat merupakan jalan yang tidak diperkeras. Pembukaan jalan sarad ini
dilakukan dengan menebang pohon-pohon yang berada sepanjang pembuatan jalan
sarad yang telah direncanakan.
b.
Perencanaan
Penebangan dan Pembagian Batang
Sistem pemanenan pada hutan pinus yang digunakan untuk bahan baku kayu
lapis adalah Tree-Length–System yaitu sortimen yang dihasilkan
berupa batang sampai tajuk dan sistem pemanenan pada hutan alam/akasia yang
digunakan untuk bahan baku pulp adalah Full-Tree-System
yaitu memanfaatkan seluruh bagian pohon. Berdasarkan energi yang digunakan menggunakan sistem
semi mekanis, yaitu sistem pemanenan kayu yang dilaksanakan dengan tenaga manusia namun dengan
bantuan mesin-mesin pemanenan kayu (dengan bantuan chainsaw).
Rencana kegiatan penebangan yang akan dilakukan pada petak 25 adalah pada hutan
pinus dilakukan kegiatan tebang pilih sedangkan rencana kegiatan penebangan
pada hutan alam akasia dilakukan kegiatan tebang habis. Kegiatan bagi
batang hasil tebangan dilakukan di
tempat tebangan dengan membagi sortimen dengan ukuran tertentu agar lebih mudah
untuk disarad.
c.
Perencanaan
Penyaradan
Perencanaan
dalam kegiatan penyaradan dan pengangkutan, pada petak 25 ditempatkan 2 TPN,
ditempatkan sebanyak 2 TPN agar seluruh lokasi penebangan pada petak 25 dapat
terjangkau sehingga memudahkan dalam kegiatan penyaradan. Kegiatan penyaradan
yang direncanakan pada petak 25 ini yaitu hanya menggunakan tenaga manusia
karena akses menuju petak 25 ini hanya dapat dijangkau oleh manusia dengan
kelerengan yang cukup besar. Penyaradan dengan cara dipikul ini memiliki
kapasitas sarad maksimal 5 m3/hari untuk dua orang.
d.
Perencanaan
Pengangkutan
Perencanaan
pengangkutan log-log hasil tebangan pada petak 25 ini yaitu dengan menggunakan
truk. Kegiatan pengangkutan log-log hasil tebangan yang berada di TPn dekat
jalan utama memerlukan satu truk saja untuk kemampuan produksi log yang tidak
terlalu besar setiap tahunnya.
e.
Perencanaan
Peralatan dan Tenaga Kerja Pemanenan
1). Penebangan
Kegiatan penebangan dilakukan dengan 5,2
jam kerja/hari, 25 hari kerja selama sebulan (12 bulan), dan produktivitas
tenaga kerja 16,15 m3/jam. Biaya penebangan Rp. 140.000/m3.
Adapun
peralatan yang digunakan pada proses penebangan yaitu chainsaw. Jumlah chainsaw
yang dibutuhkan:
Kemampuan
chainsaw pertahun: 16,15 x 5,2 x 25 x 12 = 25.194 m3/tahun
Jumlah chainsaw =
=
=
0,0024≈1unit
Jadi jumlah chainsaw
yang dibutuhkan dalam penebangan yaitu 1 unit. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses penebangan yaitu dua
orang, yang terdiri dari satu regu. Asumsinya satu regu terdiri dari satu orang operator chainsaw dan satu orang pembersih liana.
b). Penyaradan
Pada kegiatan penyaradan, yang digunakan adalah tenaga manusia
dengan cara memikul.
Dengan asumsi 7 jam kerja/hari, 15
hari kerja dalam sebulan (12 bulan), produktivitas tenaga manusia memiliki kemampuan menyarad 2,24 m3/jam, Biaya menyarad
Rp.73.684,22 /m3.
Maka jumlah tenaga manusia yang dibutuhkan adalah :
Kemampuan
memikul pertahun : 2,24 x 7 x 15 x 12 = 2822,4 m3/tahun
Jumlah T.Kerja
=
= 0,021 ≈ 1 orang
c). Pengangkutan
Pada kegitan pengangkutan yang
dapat digunakan yaitu pengangkutan dengan menggunakan truk . Dengan asumsi 7
jam kerja/hari,15 hari kerja dalam sebulan (12 bulan) dan satu truk memiliki kemampuan mengangkut 7,5 m3/jam.
Biaya pengangkutan Rp. 1.750.000 /m3 Maka jumlah truk yang
dibutuhkan adalah:
Kemampuan truk pertahun: 7,5 x 7 x 15 x 12 = 9450 m3/tahun
Jumlah Truk =
=
0,0064 ≈ 1 unit
Jadi jumlah yang dibutuhkan jika
menggunakan pengangkutan dengan truk adalah
satu unit, dan jumlah tenaga kerja berjumlah dua orang. Dengan asumsi
untuk satu orang sebagai pengemudi dan satu orang sebagai pengemudi cadangan.
D.
Perencanaan
Industri Pengelolaan Hasil Hutan
Rencana
pemanfaatan hasil hutan
yaitu sebagai bahan baku veener
dan kayu lapis. Hal ini sangat sesuai dengan potensi areal
pada petak 25. Tegakan pada lokasi rencana eksploitasi didominasi oleh
pohon pinus yang siap panen dengan
diameter >30 cm
dengan tinggi bebas cabang 7 - 20 m. Pinus cocok untuk bahan baku karena
veener dan
kayu lapis karena pinus merupakan jenis kayu lunak yang memiliki serat yang
panjang, sehingga mudah untuk disayat menjadi lembaran-lembaran yang tipis.
Sedangkan pemanfaatan kayu pada
hutan alam/campuran yang didominasi oleh
tanaman
akasia pada petak 25 yang siap
panen dengan diameter >20 yaitu cocok untuk bahan baku
pulp dan
kertas karena memiliki volume kayu yang tinggi, akasia juga memiliki tinggi
bebas cabang yang rendah sehingga hanya dimungkinkan untuk pemanfaatan pulp dan kertas.
E.
Perencanaan
Perlindungan dan Konservasi Hutan
Upaya perlindungan dan pemeliharaan
hutan dapat dilakukan dengan berbagai cara sehingga dapat menjamin
kesinambungan persediaan sumber daya hutan dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilai sumber daya hutan tersebut.
Upaya–upaya yang dapat dilakukan meliputi perlindungan hutan dari ternak atau
pengembalaan liar, perladangan berpindah, pembalakan liar, maupun bahaya
kebakaran yang merupakan masalah urgent yang sering kita jumpai.
Upaya
perlindungan ini dapat dilakukan dan mudah direalisasikan jika masyarakat
sekitar maupun pihak-pihak terkait memiliki kesadaran penuh dalam pemeliharaan
hutan. Pengelolaan hutan hendaknya direncankan agar pemanfaatan sumber daya hutan
dapat dimanfaatkan secara maksimal.