Rabu, 07 Oktober 2015

HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN TANAMAN DENGAN SERANGAN HAMA C.cramerella DAN A.helopeltis PADA SISTEM AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO



HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN TANAMAN DENGAN SERANGAN HAMA C.cramerella DAN A.helopeltis PADA SISTEM AGROFORESTRI  BERBASIS KAKAO

THE CORRELATION OF THE PLANT DIVERSITY AND THE INTENSITY OF THE C.cramerella AND A.helopeltis PESTS IN CACAO BASED AGROFORESTRY

A. Eka Sugianti


Abstrak
Upaya pengendalian hama tanaman khususnya hama C.cramerella dan A.helopeltis dapat dilakukan dengan meningkatkan keanekaragaman hayati yaitu menerapkan sistem agroforestri dengan meningkatkan keanekaragaman tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui intensitas serangan hama C.cramerella dan A.helopeltis pada tipe pertanaman monokultur, simple shade dan multistrata yang memiliki perbedaan keanekaragaman tanaman dan juga jenis arthropoda. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan membuat plot sampling 50x20 m sebanyak 5 plot untuk masing-masing tipe. Pengambilan data pengamatan meliputi kenaekaragaman tanaman dengan menginventarisasi jenis tanaman dan jumlah tanaman. Intensitas serangan C.cramerella diamati dengan menghitung perbandingan jumlah biji yang sehat dengan biji yang terserang dan intensitas serangan A.helopeltis diamati dengan menghitung bagian kulit buah yang terkena bekas tusukan hama A.helopeltis. Kenaekaragaman arthropoda yang dilakukan dengan mengambil sampel menggunakan teknik pitfall trap, yellow trap, dan visual. Faktor fisik lingkungan yaitu ukuran kelembaban dan suhu udara dengan menggunakan alat ukur termometer dan hygrometer serta wawancara terhadap petani mengenai upaya pengelolaan kebun. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis indeks keanekaragaman shannon wiener, analisis statistik uji anova yang dilanjutkan dengan uji lanjutan beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan kenekaragaman tanaman dan arthropoda pada simple shade lebih kecil dibandingkan dengan multistrata. Intensitas serangan C.cramerella pada monokultur lebih besar dibandingkan pada simple shade dan multistrata, dimana intensitas rata-rata serangan pada tipe monokultur 28,39%, simple shade 19,99% dan multistrata 17,22%. Berbeda dengan intensitas serangan A.helopeltis yang lebih besar pada multistrata dibandingkan pada simple shade dan monokultur, dengan intensitas rata-rata serangan pada multistrata 57,54%, simple shade 5,21% dan monokultur 2,48%.

Kata Kunci: Kenaekaragaman hayati, C.cramerella, A.helopeltis.


Abstract
Pest control management for cacao pod borers and mirids (C.cramerella and A.helopeltis) can be solved by increase the biodiversity that is implementing with agroforestry systems to improve plant diversity. This research aimed to investigate the attack intensity of cacao pod borers and mirids (C.cramerella and A.helopeltis) in monoculture, simple shade and multistrata which had the distinction of plant diversity and arthropods type. The data were collected using the methods of interviews and observations by preparing 5 sampling plot of 50x20 m for each type. The data collected through observation comprised the data about the plant diversity, inventory of the plant species and the plant number. The C.cramerella attack intensity was observed by counting the number of healthy seeds with seeds were attacked and the intensity of attacks of A.helopeltis was observed by counting the number of pricks in the fruit peels.In order to obtain the samples of the diversity of arthropoda, pitfall trap technique, yellow traps, and visual technique were used. The data of the physical factors of the environment, such as the humidity measurement and the air temperature were obtained using the instrument of thermometer and hygrometer as well as interviews with farmers about the farm management efforts. Then, the obtained data were analyzed using Shannon Wiener Diversity Index analysis, statistical ANOVA analysis test followed by Advanced test of the Least significant Difference (LSD). The results revealed that the diversity of the plants and arthropods in simple shade was smaller compared to that in multistrata. The attack intensity of C.cramerella in monokultur was higher compared to the simple shade and multistrata. The average attack intensity of C.cramerella in monoculture was 28,39%, simple shade was 19,99% and multistrata was 17,22%. On the other hand, the attack intensity of A.helopeltis in multistrata was higher compared to that in simple shade and monokultur, the average attack intensity of A.helopeltis in multistrata  was 57,54%, simple shade was 5,21% and monoculture was 2,48%.

Keywords: Biodiversity, C.cramerella, A.helopeltis.
PENDAHULUAN
Pengelolaan lahan agroforestri tidak luput dari berbagai hambatan-hambatan yang dapat terjadi baik itu dari faktor alam maupun manusia itu sendiri. Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pada suatu tanaman dalam lahan agroforestri masyarakat yaitu serangan hama. Serangan hama yang menjadi masalah utama pada sistem agroforestri sulit dikendalikan jika faktor utama penyebabnya adalah faktor alam. Tingkat serangan hama tanaman pada suatu sistem agroforestri yang cukup tinggi saat ini belum memiliki solusi yang signifikan untuk penanggulanganannya. Saat ini yang dilakukan oleh petani adalah menggunakan pestisida berlebihan yang dapat meningkatkan ketahanan/resistensi hama terhadap jenis pestisida tersebut. Hal ini merupakan salah satu faktor antropogenik atau faktor manusia penyebab meningkatnya populasi hama.  Selain itu tingginya tingkat serangan hama biasanya dipengaruhi karena terjadinya gangguan terhadap fungsi dan faktor-faktor pengendali alami yang ada di dalam ekosistem yang disebabkan kematian musuh-musuh alami sehingga menyebabkan populasi jenis tersebut menjadi meningkat dan menganggu keseimbangan ekologi yang ada di lokasi tersebut.
Untuk menangani hal tersebut diperlukan suatu upaya pencegahan pada pengelolaan sistem agroforestri masyarakat terutama dengan mengubah sistem pengelolaan pembasmi hama dengan menggunakan pestisida. Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat yaitu dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dalam sistem agroforestri dengan pola-pola penanaman yang baik atau biasa dikenal dengan pengendalian hayati.
Nicholls (1999), mengemukakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat keanekaragaman hayati di suatu lokasi, maka populasi jenis-jenis di lokasi tersebut lebih seimbang, sehingga diperkirakan tingkat serangan hama akan semakin kurang. Pengendalian hayati merupakan implementasi konsep ekologi yang dikenal sebagai kestabilan ekosistem. Kestabilan itu sendiri merupakan implikasi dari tingginya biodiversitas spesies penyusun komunitas tersebut.
Upaya meningkatkan keanekaragaman hayati juga dapat dilakukan dengan meningkatkan keanekaragaman tanaman pada sistem agroforestri. Keragaman jenis tanaman dapat memberikan jasa-jasa ekologis khususnya jasa pengendalian hayati (predator, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan hama sehingga sangatlah penting untuk keberlanjutan pengelolaan sistem agroforestri. Tobing dkk (2009), mengemukakan bahwa keanekaragaman tanaman merupakan komponen bentang alam (landscape) yang penting dalam menyediakan sarana ekologi untuk perlindungan tanaman dan serangga-serangga berguna.
Berdasarkan latar belakang tersebut diharapkan biodiversitas yang tinggi dalam sistem agroforestri dibandingkan dengan sistem penanaman monokultur, dapat mengurangi masalah serangan hama tanaman yang berlebihan khususnya serangan hama penggerek buah (C.cramerella) dan A.helopeltis pada tanaman kakao pada sistem agroforestri berbasis kakao. Hama-hama tersebut sangat rentan menyerang tanaman kakao dan mengganggu perkembangan tanaman tersebut khsusnya pada perkembangan produksi buah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao itu sendiri. Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan hama C.cramerella dan A.helopeltis pada tipe pertanaman monokultur, simple shade dan multistrata yang memiliki perbedaan keanekaragaman tanaman dan juga jenis arthropoda.

BAHAN DAN METODA
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan dilakukan dengan membuat plot sampling ukuran 50x20 m. Variabel pengamatan yaitu keanekaragaman tanaman pada kebun agroforestri yang meliputi jumlah dan jenis-jenis tanaman. Lebar dan tinggi tajuk tanaman serta persentase penutupan tajuk yang diukur menggunakan densio canopy sebagai data pendukung dari tingkat penutupan lahan. Intensitas serangan hama C.cramerella dan A.helopeltis yang dihitung berdasarkan persentase gejala serangan pada biji yang rusak dan bagian buah yang terkena tusukan. Suhu udara (0C) dan kelembaban udara (%) sebagai faktor abiotik (fisik lingkungan) yang diketahui berdasarkan data pengukuran dari alat hygrometer dan thermometer yang dipasang pada plot pengamatan. Keanekaragaman arthropoda yang diamati dilakukan dengan pengambilan sampel melalui tiga teknik yaitu pitfall trap, yellow trap dan visual.
Metode Analisis Data
Kerapatan tanaman (tanaman kakao dan tanaman penaung) penyusun agroforestri ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
  , Dimana: S = nilai kerapatan, ni = jumlah pohon I dan A = luas total area pengambilan sampel
Tingkat keanekaragaman jenis tanaman dan arthropoda penyusun agroforestri 
menggunakan Shannon-Wiener Indeks
Dimana: H’ = Indeks Diversitas Shannon– Wiener, pi = Ni/N, Ni = jumlah jenis i, N= jumlah seluruh individu dan S = jumlah species
Intensitas tingkat serangan hama A.helopeltis tanaman kakao ditetapkan berdasarkan skor kerusakan buah kakao oleh A.helopeltis sebagai berikut: (a) Skor  0  =  Buah sehat: tidak  tampak adanya  bekas  tusukan  (bercak)  hama A.helopelti., (b) Skor 1 = Buah rusak ringan: terdapat bekas tusukan hama A.helopeltis berupa bercak  dengan  luas  kurang  10%  dari seluruh permukaan buah, (c) Skor 2 = Buah rusak sedang: terdapat bekas tusukan hama A.helopeltis berupa bercak dengan luas 11 - 25% dari seluruh permukaan buah, (d) Skor 3 = Buah rusak berat: terdapat bekas tusukan hama A.helopeltis berupa bercak dengan luas 26 - 50% dari seluruh permukaan buah, (e) Skor 4 = Buah rusak sangat berat: apabila  terdapat  bekas  tusukan  hama A.helopeltis berupa bercak dengan luas lebih dari 50% dari seluruh permukaan buah.
Intensitas serangan C.cramerella pada lahan agroforestri ditentukan dengan rumus:
 
Dimana: n = jumlah biji terserang dan N = jumlah keseluruhan biji dalam buah
Tingkat serangan yang telah dihitung ditetapkan dengan cara mengelompokkan buah kakao dengan kategori :  (a) Kategori A = Bebas serangan (normal), (b) Kategori B = Buah dengan kerusakan biji antara 1% - <10% (serangan ringan),            (c) Kategori C = Buah dengan kerusakan biji antara 10% - 50 % (serangan sedang), (d) Kategori D = Buah dengan kerusakan biji antara > 50 % (serangan berat).
Uji lebih dari 2 nilai tengah independen (uji anova) untuk menguji perbedaan intensitas serangan hama C.cramerella dan A.helopeltis pada semua tipe (monokultur, simple shade dan multistrata) dengan menggunakan program SPSS. Selain uji SPSS, data diolah dan disajikan dengan menggunakan diagram atau tabel. Data hasil inventarisasi jenis tanaman juga disajikan dalam bentuk sketsa atau gambar arah vertikal dan horizontal menggunakan program Sexi-FS.


HASIL PENELITIAN
Keanekaragaman Tanaman
Plot pengamatan yang terdiri dari tipe monokultur, simple shade dan multistrata pada luasan pengamatan yang sama memiliki jumlah tanaman dan jenis yang berbeda-beda. Tipe monokultur yang terdiri dari satu jenis tanaman yaitu pohon coklat dengan rata-rata jumlah tanaman 115 pohon/plot. Tipe simple shade dengan jumlah rata-rata 127 pohon/plot atau nilai kerapatannya 1270 pohon/ha. Sedangkan tipe multistrata jumlah rata-rata 157 pohon/plot atau nilai kerapatannya 1570 pohon/ha. Perbedaan keanekaragaman tanaman pada tipe simple shade dan multistrata dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) spesies tumbuhan penyusun pada tipe simple shade rata-rata 1,11 yang berkisar antara 1,04 – 1,27 dan pada pada tipe multistrata rata-rata 1,67 yang berkisar antara 1,45 – 1,91. Indeks keanekaragaman pada tipe simple shade lebih kecil dibandingkan dengan multistrata karena jumlah jenis dan jumlah tanaman pada tipe multistrata rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan simple shade walaupun keduanya termasuk dalam kategori sedang. Jumlah dan jenis tanaman penaung yang berbeda antara tipe simple shade dengan multistrata menunjukkan perbedaan penutupan tajuk pada sistem agroforestri tersebut akan memengaruhi kondisi ekosistemnya dan menciptakan kondisi iklim mikro yang berbeda pula.
Jumlah dan jenis tanaman yang berbeda antara tipe simple shade dengan multistrata juga menunjukkan intensitas penutupan tajuk yang berbeda pula, dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tipe monokultur hanya terdapat tanaman kakao, sehingga intensitas cahaya yang masuk 100%. Tipe simple shade terdiri dari 3-4 jenis pohon penaung. Sedangkan tipe multistrata terdiri dari 6-8 jenis pohon penaung. Perbedaan jumlah dan jenis pohon akan memengaruhi intensitas penutupan tajuk pada suatu lahan. Ukuran tajuk suatu pohon berbeda-beda sehingga peluang cahaya yang masuk terhadap tanaman basis coklat akan berbeda-beda pula.
Pada tipe multistrata intensitas penutupan tajuk terhadap tanaman basis kakao lebih besar dibandingkan simple shade. Intensitas penutupan tajuk terhadap tanaman basis kakao pada tipe simple shade sebesar 26,69 %, yang berarti sinar matahari dapat sampai ke lantai hutan juga pada tanaman coklat. Sedangkan pada tipe multistrata memiliki intensitas penutupan tajuk terhadap tanaman basis coklat sebesar 79,37 %, yang berarti bahwa sinar matahari cukup sulit sampai ke tanaman basis kakao apalagi sampai ke lantai hutan.
Selain intensitas penutupan tajuk, keanekaragaman tanaman juga akan memengaruhi kondisi fisik lingkungan atau iklim mikro yaitu ukuran suhu dan kelembaban pada masing-masing tipe monokultur, simple shade dan multistrata yang memiliki perbedaan jumlah jenis dan jumlah tanaman. Ukuran suhu pada tipe monokultur, simple shade dan multistrata relatif sama yaitu 31 oC. Kondis kelembaban rata-rata 59,24 % pada tipe multistrata lebih besar dibandingkan pada tipe simple shade dan monokultur. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tipe multistrata kondisi iklim mikro lebih lembab dibandingkan dengan simple shade dan monokultur. Begitu pula pada tipe simple shade dengan kelembaban relatif 49.62 % memiliki kondisi lingkungan yang lebih lembab dibandingkan dengan monokultur dengan kelembaban relatif 37,3 %. Ukuran kelembaban ini juga akan berpengaruh terhadap aktifitas organisme (pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan) seperti serangga-serangga baik serangga predator, parasitoid maupun serangga hama seperti hama C.cramerella dan A.helopeltis pada penelitian ini.
Intensitas Serangan Hama C.cramerella dan A.helopeltis
Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan intensitas serangan hama Penggerek Buah Kakao dengan nama latin C.cramerella pada tipe monokultur, simple shade, dan multistrata  berbasis coklat yang disajikan pada Tabel 2. Intensitas serangan hama C.cramerella pada tipe monokultur yaitu rata-rata 28,39 % termasuk dalam kategori C (serangan sedang). Tipe simple shade memiliki intensitas serangan C.cramerella yaitu rata-rata 19,99 % termasuk dalam kategori C (serangan sedang), begitu pula dengan  tipe multistarata termasuk kategori C yaitu serangan sedang dengan intensitas serangan C.cramerella rata-rata 17.22 %.
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa multistrata memiliki rata-rata tingkat intensitas serangan C.cramerella paling rendah dibandingkan dengan monokultur dan simple shade. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT menunjukkan intensitas serangan antara tipe simple shade dengan multistrata tidak menunjukkan perbedaan yang jauh karena memiliki notasi huruf a yang sama. Berbeda pada tipe monokultur tersebut memiliki intensitas serangan C.cramerella paling tinggi.
Intensitas serangan hama A.helopeltis pada tipe monokultur, simple shade, dan multistrata pada sistem agroforestri berbasis kakao juga menunjukkan adanya perbedaan yang disajikan pada Tabel 3. Intensitas serangan hama A.helopeltis pada tipe monokultur yaitu rata-rata 2,48 % termasuk dalam kategori buah rusak ringan. Tipe simple shade memiliki intensitas serangan helopeltis yaitu rata-rata 5,21% termasuk dalam kategori buah rusak ringan. Berbeda dengan tipe multistarata  yang termasuk kategori buah rusak sangat berat dengan intensitas serangan C.cramerella rata-rata 57,74 %. Pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa tipe multistrata memiliki intesitas rata-rata serangan A.helopeltis paling tinggi dibandingkan dengan monokultur dan tipe simple shade. Intensitas serangan antara tipe simple shade dengan monokultur tidak menunjukkan perbedaan yang jauh.
Hasil pengamatan pada penelitian menunjukkan terdapat proporsi perbedaan intensitas serangan C.cramerella dan A.helopeltis pada buah yang sama. semakin besar tingkat keanekaragaman tanaman maka intensitas serangan hama C.cramerella semakin kecil. Pada tipe monokultur dan simple shade memiliki intensitas serangan C.cramerella lebih besar dibandingkan dengan tipe multistrata. Berbeda halnya dengan intensitas serangan A.helopeltis yang menunjukkan semakin besar tingkat keanekaragaman tanaman maka intensitas serangannya akan semakin besar juga. Hal in berarti hubungan antara intensitas serangan hama C.cramerella dan A.helopeltis pada buah yang sama berbanding terbalik.
Keanekaragaman Arthropoda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 25 jenis arthropoda yang tertangkap dan yang teramati. Hasil pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4, dimana pada tipe monokultur terdapat 638 jumlah individu arthropoda yang teramati pada kelima plot pengamatan yang terdiri dari 13 jenis yaitu Dolichoderus thoracicus, Drosophilla melanogaster, Euryderus sp., Gryllus sp. , Halmus chalybeus, Allograpta sp., Menochilus sexmaculatus, Microporus sp., Myrmecocystus, Neocurtillahexadactyla, Oecophylla, Oncopeltus fasciatus dan Sceliphron sp. Tipe simple shade terdapat 556 jumlah individu arthropoda yang teramati pada kelima plot pengamatan yang terdiri dari 15  jenis yaitu Atractomorpha sp., Camponotus caryae, Carpelimus sp., Charidotella sexpunctata, Dolichoderus thoracicus, Drosophilla melanogaster, Euryderus sp., kumbang kecil, Lebia sp., Macrotermes gilvus, Menochilus sexmaculatus, Mycetophia sp., Myrmecocystus, Patrobuslongicornis, dan Vanessa. Sedangkan tipe multistrata terdapat 625 jumlah individu arthropoda yang teramati pada kelima plot pengamatan yang terdiri dari 18  jenis yaitu Archytas sp., Camponotus caryae, Charidotella sexpunctata, Dolichoderus thoracicus, Drosophilla melanogaster, Gryllus sp., Lycosa sp., Macrotermes gilvus, Menochilus sexmaculatus, Microporus sp., Mycetophia sp., Myrmecocystus, Oecophylla, Oncopeltus fasciatus, Patrobuslongicornis, Platydema sp., Sceliphron sp,  dan Vanessa.

 

PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan intensitas serangan C.cramerella dan A.helopeltis pada tipe monokultur, simple shade dan multistrata. Dimana keragaman tanaman paling besar ditunjukkan pada tipe multistarata dibandingkan simple shade maupun monokultur. Semakin beragamanya suatu tanaman, maka intensitas serangan A.helopeltis juga semakin besar. Intensitas serangan A.helopeltis yang lebih besar pada multistrata dibandingkan dengan tipe simple shade dan monokultur dikarenakan kondisi fisik lingkungan pada tipe multistrata merupakan kondisi yang disukai oleh hama helopeltis yaitu lingkungan yang teduh dengan kelembaban sedang (59,24%) dan sangat peka terhadap sinar matahari langsung sehingga kondisi pertanaman yang rimbun sangat disukai (Fitri dan Rahayu, 2013).
Banyaknya jenis-jenis tanaman termasuk pohon pelindung pada tipe multistrata akan memengaruhi kondisi iklim mikro pada area tersebut. Bhagwat dkk (2008), mengemukakan bahwa pohon pelindung yang terlalu lebat akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman sehingga merangsang perkembangan hama A.helopeltis. Sedangkan pada tipe simple shade (5,21%) dan monokultur (2,48%) dengan intensitas serangan ringan A.helopeltis yang hampir sama dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak terlalu disukai oleh hama A.helopeltis yaitu tidak terlalu lembab dan banyaknya sinar matahari yang masuk yang ditandai dengan intensitas cahaya yang masuk kurang dari 50%.
Selain itu, adanya jumlah individu predator yaitu jenis semut Dolichoderus thoracicus yang teramati lebih banyak pada tanaman kakao pada tipe simple shade dan monokultur dibandingkan dengan multistrata menyebabkan intensitas serangannya lebih sedikit.
Berbeda dengan intensitas serangan C.cramerella yang semakin banyak ketika keragamaan tanaman semakin sedikit walaupun ketiga tipe tersebut termasuk dalam kategori intensitas serangan sedang. Pada ketiga tipe terdapat jenis yang menurut Karmawati dkk (2004), bersifat predator dari C.cramerella dan A.helopeltis yaitu jenis semut Myrmecocystus dan Dolichoderus thoracicus yang melimpah dan banyak yang menyebabkan keberadaan hama C.cramerella dapat berkurang sehingga intensitas serangannya tidak begitu besar pada buah kakao. Akan tetapi pada ketiga tipe tetap memiliki perbedaan intensitas serangan C.cramerella.
Hasil penelitian yang menunjukkan intensitas serangan C.cramerella pada sistem agroforestri simple shade dan multistrata tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk tipe monokultur menunjukkan intensitas serangan yang berbeda dan lebih besar dibandingkan dengan multistrata dan simple shade.
Tipe monokultur menunjukkan tingkat serangan C.cramerella lebih tinggi karena penanaman pohon kakao yang homogen memudahkan hama C.cramerella berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain sehingga penyebaran serangannya akan semakin banyak. Mudahnya hama C.cramerella berpindah karena jarak antar pohon kakao yang merupakan inang dan sumber pakannya tidak dibatasi oleh pohon yang lain sehingga hama C.cramerella dari pohon kakao satu dapat langsung berpindah ke pohon sebelahnya yaitu pohon kakao pula. Selain itu, tersedianya pakan di setiap tempat dan terus menerus pada tipe monokultur ini menyebabkan penyebaran C.cramerella semakin luas.  Oleh karena itu intensitas serangannya lebih besar dibandingkan dengan tipe simple shade dan multistrata. Berbeda dengan tipe simple shade dan multistrata dimana antara pohon coklat terdapat tanaman lain (Clough dkk., 2009).
Ukuran keberhasilan peningkatan penyebaran serangan hama  juga dipengaruhi oleh luasnya suatu areal atau jarak antar tanaman, karena mempengaruhi kecepatan perpindahan imigrasi, emigrasi dan waktu efektif serangan. Seluruh strategi peningkatan keragaman yang digunakan harus didasarkan pada pengetahuan akan kebutuhan ekologis dari musuh-musuh alami. Selain itu, serangga akan lebih mudah berpindah ketika didukung oleh faktor iklim seperti angin yang membawanya lebih mudah terbang. Dan apabila dalam suatu komunitas terdapat pohon-pohon yang berbeda berdampingan, maka cenderung serangga yang menetap diantara pohon-pohon tersebut berbeda pula. Hal ini disebut dengan adanya interaksi dalam suatu populasi. Karena populasi yang berinteraksi merupakan hal yang umum dalam ekologi untuk menjelaskan pendekatan fenomenologis lingkungan seperti persaingan, predatorisme dan muatualisme (Kessler dkk., 2011).
Walaupun hama C.cramerella dan helopeltis merupakan hama yang sama-sama menyukai kondisi fisik lingkungan yang lembab dan intensitas cahaya yang sedikit, akan tetapi terdapat perbedaan proporsi intensitas serangan kedua hama tersebut pada buah yang sama. Perbedaan proporsi intensitas serangan C.cramerella dan A.helopeltis disebabkan karena jika dalam suatu buah telah diserang salah satu hama dari C.cramerella atau A.helopeltis, maka cenderung hama lainnya tidak atau kurang menyerang buah yang sama.
Hal ini telah dijelaskan oleh Wielgos (2012) dan Heddy (2010), pada penlitiannya yang mengemukakan bahwa adanya kompetisi pakan antara hama C.cramerella dan A.helopeltis. Kompetisi merupakan bentuk interaksi dalam suatu populasi. Kompetisi sering terjadi antarspecies karena adanya kesamaan dalam usaha mencari makan maupun perlindungan  sehingga akan ada species yang tidak bertahan.
Faktor yang memengaruhi hama C.cramerella dan A.helopeltis tidak menyerang secara bersamaan pada buah yang sama karena adanya kompetisi dalam mencari pakan pada buah kakao yang mengandung lemak, air, glukosa. A.helopeltis mengisap cairan pentil buah kakao sehingga jika A.helopeltis telah banyak lebih dahulu berada pada suatu buah maka hama C.cramerella akan mencari buah lainnya yang belum terserang sehingga hama C.cramerella tersebut dapat mendapatkan pakannya yang lebih banyak dari buah yang belum terserang A.helopeltis. Begitupun sebaliknya jika suatu buah telah dihinggapi oleh hama C.cramerella maka hama A.helopeltis akan mencari buah lainnya (Suhargo, 2001).
Selain faktor kompetisi pakan, perbedaan proporsi intensitas serangan C.cramerella dan A.helopeltis dipengaruhi karena adanya perbedaan fase hidup kedua hama tersebut. Diduga fase serangan mencari pakan pada buah kakao oleh hama C.cramerella dan A.helopeltis pada tipe-tipe monokultur, simple shade, dan multistrata tidak sama pada saat masa penelitian berlangsung.
Terdapat perbedaan fase menyerang buah kakao antara hama C.cramerella dan A.helopeltis. Dimana hama C.cramerella akan menyerang dan masuk ke dalam buah kakao pada fase larva yaitu sekitar 3-7 hari setelah fase telur. Sedangkan helopeltis menyerang buah kakao pada fase nimfa yaitu sekitar 6-8 hari setelah fase telur (Deppabara, 2002).
Perbedaan fase tersebut menyebabkan perbedaan proporsi serangan antara hama C.cramerella dan A.helopeltis. A.helopeltis cenderung lebih lama menyerang buah kakao dibandingkan dengan C.cramerella karena larva C.cramerella menyerang dan masuk ke dalam buah kakao hanya sekitar 15-18 hari dan setelah itu akan keluar dari buah kakao menjadi pupa. Sedangkan A.helopeltis pada saat menjadi nimfa mulai dapat menyerang buah kakao hingga mencapai 52 hari sebelum A.helopeltis tersebut mati. Selain itu A.helopeltis menyerang buah kakao pada pagi dan sore hari dan tergolong hama yang gerakannya lambat sehingga jarang meninggalkan buah tempat mereka makan (Baharuddin dkk., 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kenekaragaman tanaman dan arthropoda pada tipe simple shade lebih kecil dibandingkan pada tipe multistrata. Tipe multistrata memiliki rata-rata intensitas serangan C.cramerella paling rendah dibandingkan dengan monokultur dan simple shade. Sedangkan intensitas serangan hama A.helopeltis pada tipe multistrata  lebih besar dibanding dengan tipe simple shade dan monokultur. Semakin besar indeks keanekaragaman tanaman maka intensitas serangan hama C.cramerella semakin kecil. Berbeda dengan intensitas serangan A.helopeltis akan semakin meningkat jika indeks keanekaragaman tanaman juga semakin besar. Sedangkan indeks keanekaragaman arthropoda akan meningkat jika indeks keanekaragaman tanamannya juga meningkat. Disarankan guna mengembangkan sistem agroforestri berbasis kaka, maka masyarakat perlu mengembangkan sistem agroforestri dengan tipe simple shade yang memiliki cukup intensitas cahaya untuk tanaman basis kakao disamping dapat menghasilkan lebih beragam hasil panen tanaman semusim maupun hasil kayu dari pohon-pohon besar, juga dapat lebih menjaga kestabilan ekologis.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. (2004). Pengendalian Hayati Penggerek Buah Kakao Pengisap Buah Dan Pucuk Kakao (PBPK). Bagian Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat Pusat Departemen Pertanian. Jakarta.
Bhagwat, Willis, BirKs, dan WhittaKer. (2008). Agroforestry: a refuge for tropical biodiversity. Trends in Ecology and Evolution Journal, 23: 261-267.
Clough, Y., Faust, H., Tscharntke, T. (2009). Cacao boom and bust: sustainability of agroforests and opportunities for biodiversity conservation. Conservation Letters, 2: 197-205.
Depparaba, F. (2002). Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) dan Penanggulangannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Tengah
Fitri, Y. dan Rahayu, A.M. (2013). Perkembangan Serangan  Antonii pada Tanaman Kakao Di Wilayah Kerja Bbpptp Surabaya. Bidang  Proteksi  Balai  Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Jombang.
Heddy, S. (2010). Agroekosistem Permasalahan Lingkungan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Karmawati, E., Siswanto dan Wikardi, E.A. (2004). Peranan  semut  (Occophylla  smaragdina dan Dolichoderus sp)  dalam pengendalian  spp dan Sanunusindecora pada  jambu  mete.  Jurnal  Littri, 10 (1) : 1-40.
Kessler, M., BuChori dan Putra. (2011). Cost-effectiveness of plant and animal biodiversity indicators in tropical forest and agroforest habitats. Journal of Applied Ecology, 48: 330-339.
Nicholls. (1999). Biodiversity, Ecosystem Function, and Insect Pest Management in Agricultural System. Dalam Biodiversity in Agroecosystems, Eds. W.W. Collins & C.O. Qualset. Lwis Publ. New York. pp.69-84.
Suhargo. (2001). Daya Saing Kakao dan Produk Kakao, Training Quality Assurance in Cocoa Processing. Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan, FTP, UGM. Yogyakarta.
Tobing, M.C., Siregar, A.Z., Lisnawita dan Meiriani. (2009). Keanekaragaman Hayati Dan Pengelolaan Serangga Hama Dalam Agroekosistem. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 9(1):39-45.
Wielgos, A. (2012). A minor pest reduces yield losses by a major pest: plant-mediated herbivore interactions in Indonesian cacao. Journal of Applied Ecology, 2(15): 321-328.




LAMPIRAN

Tabel 1. Indeks Biodiversity Shannon Wiener Tanaman pada Tipe Simple Shade dan Multistrata.
No plot
Indeks Biodiversity
  Kategori
Simple Shade
Multistrata
1
1.27
1.45
Sedang
2
1.01
1.61
Sedang
3
1.03
1.91
Sedang
4
1.04
1.66
Sedang
5
1.22
1.72
Sedang
Rata-Rata
1.11
1.67
Sedang
(Sumber: Data Olah, 2015)

Tabel 2. Intensitas Serangan C.cramerella pada Masing-Masing Tipe
Plot
Intensitas Serangan (%)
Monokultur
Simple Shade
Multistrata
1
29.43
19.41
21.13
2
26.93
19.51
12.86
3
28.82
21.19
17.5
4
27.45
19.46
15.76
5
20.49
20.37
18.87
rata-rata
28.39 b
19.99 a
17.22 a
(Sumber: Data Olah, 2015)

Tabel 3. Intesitas Serangan A.helopeltis pada Tipe Monokultur, Simple Shade dan Multistrata
Plot
Intesitas Serangan (%)
Monokultur
Simple Shade
Multistrata
1
1.43
3.9
34.93
2
1.87
4.07
59.86
3
3.46
5.89
74.91
4
2.41
6.11
64.41
5
3.26
6.07
53.59
rata-rata
2.48 a
5.21 a
57.54 b
(Sumber: Data Olah, 2015)





Tabel 4. Jumlah Serangga Yang Tertangkap pada Tipe Monokultur, Simple Shade dan Multistrata
Tipe
Jumlah  serangga pada pengamatan
Total
Pitfall
Yellow Trap
Visual
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Monokultur
25
21
20
66
63
58
135
137
113
638
Simple Shade
18
11
9
70
48
61
93
94
106
556
Multistrata
15
7
17
78
50
66
113
150
131
625
(Sumber: Data Olah, 2015)

Gambar 1. Sebaran kanopi arah horizontal tanaman basis kakao dan tanaman penaung (a) simple shade (b) multistrata



Tidak ada komentar:

Posting Komentar