Selasa, 19 April 2016

TANJUNG AAN, THE BEAUTIFUL SIDE IN LOMBOK

Pantai Tanjung Aan di Pulau Lombok terletak sekitar 75 Kilometer dari Kota Mataram, atau sekitar 3 Kilometer dari Pantai Kuta Lombok. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi dari Kota Mataram, perjalanan akan Anda tempuh selama kurang lebih 1,5 jam. Dengan rute Mataram – Cakranegara – Kediri – Praya – Batunyale – Sengkol – Rambitan – Sade – Kuta dan terakhir Tanjung Aan. Disarankan agar Anda menyewa sepeda motor atau mobil dari Kota Mataram. Karena sarana angkutan umum akan membuang waktu Anda dan relatif lebih repot. Setelah sampai di Pantai Tanjung Aan, pastikan Anda menyempatkan waktu untuk mengunjungi pantai-pantai di sekitarnya. Seperti Pantai Kuta Lombok, Pantai Seger, dan Pantai Selong Belanak.
Petualangan di Pulau Cabe-Cabean (Lombok) kali ini saya mengunjungi Tanjung Aan yang merupakan salah satu surganya Indonesia.  Selain dapat menikmati sunset, ada banyak tawaran keindahan yang dapat kita nikmati dengan pasir putihnya yang begitu menawan apalagi buat mengambil koleksi foto yang instagrable.




PENGELOLAAN EKOWISATA HUTAN PENDIDIKAN UNHAS



POTENSI
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin sangat strategis dan tepat untuk kegiatan pengembangan kehutanan, pusat pendidikan, penelitian, pelatihan, dan pelayanan kehutanan karena 63 km dari Makassar, berada di pinggir jalan propinsi berdekatan dengan Cagar Alam Karaenta dan Bantimurung, serta dikelilingi oleh desa-desa dimana sebagian masyarakatnya berinteraksi dengan hutan pendidikan. Dengan demikian, peninjauan ilmiah ke hutan pendidikan ini dapat dikemas dalam satu paket ekowisata dengan wisata alam pada kawasan taman nasional Bantimurung Bulusaraung karena Hutan Pendidikan UNHAS tersebut memiliki potensi fisik, potensi biologi, dan potensi sosial yang strategis untuk dikelola sebagai
Berbagai sumber daya alam yang melimpah yaitu berbagai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar dapat kita lihat di Hutan Pendidikan UNHAS yaitu ekosistem hutan pinus yang sangat indah, berbagai jenis kupu-kupu dan burung, beberapa hewan endemik seperti babi hitan (Sus celebensis), monyet hitam Sulawesi (Macaca maura), Kus-Kus (Phalanger ursinus), dan satwa liar lainnya. Selain itu terdapat beberapa potensi fisik sebagai spot pemandangan yang dapat memuaskan dan dinikmati oleh pengunjung seperti telaga bidadari, sungai dan beberapa air terjun. Terdapat lapangan rumput yang luas yang berpotensi dijadikan camping ground yang lokasinya sangat stategis dan sangat indah sehingga dapat memuaskan pengunjung
Camping Ground
 KENDALA
Tidak semua wisatawan tertarik mengunjungi Hutan Pendidikan UNHAS karena untuk melihat potensinya memerlukan persiapan fisik yang baik sehingga pengunjung yang berminat menikmatinya merupakan pengunjung yang betul-betul memiliki keinginan besar belajar tentang lingkungan khususnya tentang sumber daya hutan. Oleh karena itu perlu adanya strategi pengembangan jalur tracking yang mudah dilalui oleh pengunjung sehingga peminat ecotourism di Hutan Pendidikan UNHAS ini semakin bertambah.
Selain itu pengembangan Hutan Pendidikan UNHAS yang akan dijadikan ekowisata biasanya mengalami kendala sosial yaitu adanya konflik dengan masyarakat lokal karena sebagian dari masyarakat awam tidak mengetahui manfaat dari pengembangan ekowisata.
Hutan Pinus Petak 10
 PENGEMBANGAN
·        
Telaga Bidadari
Promosi objek ekowisata masih kurang sehingga belum banyak yang mengetahui besarnya potensi hutan pendidikan unhas. Penyebaran pamplet dan iklan-iklan baik dalam bentuk media elektronik maupun media tulis perlu ditingkatkan
·         Pemandu yang masih minim sehingga perlu ada pelatihan pemandu yang berpotensi sebagai guide ekowisata. Dalam hal ini sebaiknya warga lokal yang diberdayakan menjadi guide ekowisata karena selain beberapa dari mereka yang mengetahui lokasi hutan pendidikan unhas juga dapat meningkatkan pengetahuan warga lokal dengan keterbatasan pendidikan mereka dalam bidang sains.
·         Untuk dijadikan objek ecotourism, sebaiknya dibuat jalur-jalur tracking yang menghubungkan spot-spot potensi hutan pendidikan unhas yang akan dikunjungi dan dinikmati oleh pengunjung.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
Pengembangan untuk tujuan ekowisata di Hutan Pendidikan UNHAS akan memberi banyak dampak terhadap manusia dan lingkungan. Salah satu dampak positif dari ekowisata ialah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Namun, tidak jarang ekowisata memberi dampak negatif bagi lingkungan. Contohnya ialah kerusakan ekosistem. Meskipun secara tidak langsung kerusakan bukan disebabkan oleh ekowisata, namun praktek ekowisata yang tidak bijak juga dapat memberi dampak kerusakan ekosistem. Kerusakan ekosistem disebabkan oleh berbagai faktor, contohnya yaitu munculnya gulma karena adanya pembukaan jalur untuk tracking yang akan sering dilalui oleh pengunjung.

SAMPAH RUMAH TANGGA BTN PONDOK ASRI I Sudiang, MAKASSAR

A.    Penanganan Sampah Rumah Tangga
Organisasi dan managemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk , daya guna dan hasil guna dari pengelolaan sampah. Organisasi dan managemen juga mempunyai peranan pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi pola organisasi, personalia serta managemen ( perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian ) untuk jenjang strategis, taktis maupun operasional. Hubungan kerja antara instansi yag berhubungan dengan pengelolaan sampah lebih bersifat koordinatif dimana masing-masing instansi mempunyai tanggung jawab masalah pengelolaan sampah di wilayah masing-masing.
Sistem tehnis operasional dalam sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan volume sampah yang diangkut / di buang ke tempat pembuangan akhir. kegiatan operasional persampahan tergantung pada pola-pola operasional yang digunakan , cara penyapuan, pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan akhir.
Pada lingkungan perumahan BTN Pondok Asri I Sudiang, ibu-ibu rumah tangga yang paling dominan dan memiliki perananan utama dalam menangani masalah sampah. Persepsi tentang masalah dan pengelolaan sampah pada ibu rumah tangga hampir sama yaitu mengganggap bahwa sampah merupakan sesuatu buangan yang tidak terpakai lagi walaupun dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang hampir didominasi oleh tamatan SMA (pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga) dan terdapat beberapa pula ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sebagai tenaga pekerja dengan pendidikan terakhir S1.
Teknis operasional penanganan sampah di perumahan Pondok Asri I Sudiang adalah pembuangan langsung ke tempat terbuka. Masyarakat pada setiap rumah tangga membuang sampah ke pekarangan serta tempat terbuka di depan rumah atau lorong perumahan.
Yang merupakan sampah rumah tangga di perumahan Pondok Asri I Sudiang adalah semua jenis jenis kotoran/sampah serta barang-barang yang tidak terpakai baik itu berupa sampah plastik ataupun sampah hasil sisa-sisa makanan. Setiap rumah tangga menghasilkan rata-rata sebanyak 2 wadah sampah (kantongan atau keranjang sampah) yang kemudian di buang ke pekarangan atau tempat terbuka di depan rumah dan lorong perumahan. Hal tersebut telah terus menerus dilakukan karena tidak adanya sistem pelayanan sampah konvensional seperti yang diterapkan di banyak perumahan-perumahan lainnya yang mengeluarkan retribusi setiap bulannya untuk jasa pengangkutan sampah rumah tangga.
Sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga sangatlah banyak, maka masing-masing rumah tangga bertanggung jawab sendiri terhadap sampahnya. Sampah-sampah yang dibuang ke tempat terbuka tersebut umumnya langsung dibakar setiap 2 kali seminggu untuk mengurangi volumenya yang bertumpuk dan mengganggu estetika di pekarangan rumah atau lorong perumahan.
Sebelum model teknis pengolahan sampah dengan pembuangan ke tempat terbuka di perumahan Pondok Asri I Sudiang dilakukan, sampah rumah tangga dibuang terpusat pada satu tempat yang modelnya menyerupai bak penampungan sampah perumahan yang merupakan lahan kapling kosong milik pribadi warga. Akan tetapi pembuangan sampah dengan teknis seperti itu justru menimbulkan dampak negatif yaitu sering menyebabkan terjadinya banjir, bau menyebar kemana-mana serta mengurangi estetika. Hal tersebut terjadi karena volume sampah yang dibuang oleh masyarakat terus bertambah tanpa adanya upaya pengelolaan.
            Karena hal tersebut menimbulkan banyak kerugian maka sistem teknis pembuangan sampah mulai berubah seperti yang sekarang diterapkan oleh masyarakat di sana. Untuk mencegah masyarakat membuang kembali sampah di sekitaran tanah kapling kosong tersebut maka dibuatlah sebuah taman-taman bunga sederhana sebagai penambah estetika perumahan.

Ga
            Walaupun telah terjadi perubahan upaya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di perumahan perumahan Pondok Asri I yaitu dari membuang sampah terpusat ke satu bak penampungan sampah menjadi pembuangan ke tempat terbuka, akan tetapi upaya pengelolaan sampah tersebut masih perlu diperbaiki. Dampak negatif sampah terhadap lingkungan secara nyata berkurang, akan tetapi upaya pembakaran untuk mengurangi volume sampah bukan merupakan cara yang efektif. Oleh karena itu diharapakan suatu upaya pengelolaan sampah yang baik dan efektif agar sampah yang ada dimasyarakat bukan dianggap sebagai kotoran yang harus dimusnakan, tetapi sebagai sumber daya yang harus dikelola yang bisa memberikan manfaat lebih kepada masyarakat.
B.     Persepsi dan Pengetahuan Mengenai Masalah Sampah
Untuk persepsi masyarakat atas sampah terbagi menjadi beberapa variabel yaitu pada Gambar 1 menunjukkan bahwa sampah merupakan hal yang menjijikkan oleh karena itu banyak (sekitar 53.33 %) masyarakat di BTN Pondok Asri I Sudiang memusnakan sampah dengan cara langsung membakarnya.
Gambar 1. Persepsi tentang sampah itu menjijikan



            Pada dasarnya banyak ibu rumah tangga atau warga tidak setuju terhadap pembakaran sampah yang telah sering dilakukan di BTN Pondok Asri I Sudiang (Gambar 2). Walaupun banyak yang beranggapan membakar sampah itu tidak baik, akan tetapi mereka tetap melakukannya karena tidak adanya upaya secara terpadu seluruh warga Pondok Asri I untuk menangani masalah sampah sehingga cara yang paling sering dilakukan untuk menangani sampah sekaligus mengurangi volume sampah dengan cara yang cepat yaitu dengan membakar.
Gambar 2. Persepsi tentang pembakaran sampah
Sekitar 43.33 % masyarakat beranggapan perlu adanya pengadaan tempat-tempat pembuangan sampah di setiap rumah agar mereka tidak membuang sampah di pekarangan rumah atau tempat terbuka depan rumah atau lorong perumahan (Gambar 3). Akan tetapi tidak sedikit juga yang tidak setuju yaitu sekitar 53.33 % terhadap pengadaan tempat atau bak sampah di setiap rumah karena tidak efisien dalam pembuataanya yang terlalu banyak. Banyak ibu rumah tangga beranggapan minimal ada bak sampah terpusat untuk setiap lorong sehingga sampah yang dibuang tidak di sembarang tempat.
Gambar 3. Persepsi tentang pengadaan tempat pembuangan sampah

            Untuk pemisahan sampah pada saat pembuangannya sebagian besar warga tidak setuju untuk melakukannya karena mereka menganggap hal tersebut justru membuat mereka repot, apalagi ketika mereka terburu-buru dalam membuang sampah. Kurangnya kesadaran dan pemahaman warga akan jenis-jenis sampah inilah yang membuat mereka untuk malas melakukan pemisahan jenis sampah. Untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pemisahan perlu dilakukan agar memudahkan dalam pemanfaataanya. Oleh karena tidak adanya pemanfaatan sampah di Pondok Asri I Sudiang, maka pemisahan sampah mereka anggap tidak perlu dilakukan.
Gambar 4. Persepsi tentang pemisahan sampah
            Walaupun pengelolaan dan pemanfaatan sampah tidak dilakukan dengan baik di BTN Pondok Asri I Sudiang, banyak warga terutama ibu rumah tangga setuju (Gambar 5) dilaksanakannya pemanfaatan kembali sampah rumah tangga. Hal tersebut mereka maksud untuk menjaga kebersihan lingkungan dan estetika perumahan khususnya pada pekarangan rumah-rumah ataupun lorong-lorong yang dominan ditanami tanaman yang kini rusak akibat tumpukan sampah. Selain dapat mengurangi pembuangan sampah di sembarang tempat, juga dapat mengurangi kegiatan pembakaran yang merupakan upaya secara cepat dalam mengurangi volume sampah yang bertumpuk di pekarangan rumah.
            Pemanfaatan kembali sampah rumah tangga tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan perumahan, tetapi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat hingga memberikan nilai ekonomi. Sampah bukanlah sesuatu yang menjijikkan, akan tetapi sampah sumber daya yang bernilai emas bagi masyarakat jika mereka dapat mengelolaanya dengan baik.
Gambar 5. Persepsi tentang pemanfaatan kembali sampah rumah tangga

C.    Rekomendasi Upaya Pengelolaan Sampah
Upaya pengelolaan sampah yang dapat diterapkan oleh masyarakat di perumahan Pondok Asri I Sudiang yaitu pengolahan sampah secara terpadu berbasis masyarakat yang dilaksanakan dengan melakukan reduksi sampah semaksimal mungkin. Upaya tersebut dilakukan dengan cara pengolahan sampah di lokasi sedekat mungkin dengan sumber sampah. Reduksi volume sampah yang efektif bukan dilakukan dengan cara instan yaitu dengan membakar seperti yang telah dilakukan oleh hampir seluruh warga, akan tetapi salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti melaksanakan pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Mengubah pola pikir masyarakat tentang “sampah merupakan hal yang menjijikka” menjadi “sumber daya yang bernilai ekonomi” tidaklah mudah. Perlu adanya terlebih dahulu suatu kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan sampah sebelum diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah adanya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang sampah, maka dapat dirancang suatu model pengelolaan sampah dalam kaitannya mengurangi sampah rumah tangga.
Untuk mengelola sampah di BTN Pondok Asri I Sudiang, terlebih daluhu melakukan pengadaan bak sampah untuk setiap lorong perumahan. Sedangkan untuk pengolahan sampah diupayakan memanfaatkan sampah-sampah yang masih bisa dipakai atau dimanfaatkan kembali untuk mengurangi volume sampah yang ditampung di bak sampah nantinya.
Mengurangi sampah rumah tangga diupayakan dilakukan secara efektif yaitu dilakukan pemisahan yang benar-benar merupakan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan dan yang harus dibuang. Pemisahan sampah dapat dilakukan oleh masing-masing rumah tangga yaitu sampah dalam kategori sisa bahan makanan (organik), plastik/bungkus kemasan, kertas, ataupun logam kaca.
Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos. Hal ini berpotensi bermanfaat di lingkungan perumahan Pondok Asri I Sudiang karena banyaknya ibu-ibu rumah tangga di sana yang suka menanam bunga-bunga serta tanaman sayur-sayuran di pekarangan dan lahan terbuka yang semakin berkurang karena telah beralih fungsi dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, sehingga banyak tanaman-tanaman yang pertumbuhannya terganggu. Ibu rumah tangga dapat melakukan pembuatan kompos karena sederhana dalam pembuatannya. Pembuatan kompos ini dapat dilakukan bersama-sama misalnya dalam suatu kelompok pengajian ibu-ibu secara rutin mengadakan kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk dibuat kompos yang pada akhirnya juga dapat dimanfaatkan oleh mereka sendiri. Suatu organisasi juga merupakan suatu wadah yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah khususnya sampah organik tersebut.
Selain sampah organik, jenis sampah berupa bungkus kemasan juga berpotensi untuk dimanfaatkan. Kelompok pengajian ibu-ibu juga tadi selain dapat menikmati kompos, mereka juga dapat membentuk kelompok-kelompok yang memiliki ketertarikan dalam bidang kerajinan. Semua jenis bungkus kemasan yang merupakan sampah dikumpulkan, kemudian kelompok tersebut dapat membuat suatu kerajinan, contohnya kreasi pembuatan tas-tas kemasan yang pembuatannya juga mudah dilakukan.
Tas-tas kreasi tersebut dapat secara langsung dimanfaatkan oleh warga atau ibu-ibu, misalnya untuk penyimpanan mukenah ataupun al-quran saat ada acara pengajian serta dapat digunakan untuk hal lainnya. Bungkus kemasan yang tadinya sampah dapat berubah menjadi sebuah barang atau produk yang bernilai ekonomi selain tidak untuk dipakai sendiri.
            Sampah dapat dipandang sebagai suatu sumber daya yang benilai lebih jika dimanfaatkan seperti kerajinan dan pupuk kompos. Sedangkan untuk sampah-sampah selain sampah organik dan bungkus kemasan seperti kertas, plastik dan logam kaca dapat dijual langsung ke pengumpul sampah atau dalam istilah makassar yaitu “payabo-yabo”, sehingga sampah tersebut memiliki nilai ekonomi lagi bagi masyarakat. Dengan demikian sampah rumah tangga yang tersisa yaitu sampah yang betul-betul tidak bisa dimanfaatkan lagi, dan volume sampah di BTN Pondok Asri I Sudiang semakin berkurang dan lebih bermanfaat juga jika dibandingkan dengan cara membakar tadi walaupun juga secara cepat dapat mengurangi volume sampah.
            Dengan sistem pengelolaan yang demikian diharapkan dapat mudah diterapkan oleh masyarakat dengan kesadaraan yang tinggi terhadap permasalahan sampah. Selain itu peran suatu organisasi diperlukan untuk mengkoordinir suatu upaya pengelolaan yang terpadu seperti di atas agar tercapainya tujuan pemanfaatan sampah secara efektif dan efisien.

KONSERVASI KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus)



KONSERVASI KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus)
Kuskus beruang sulawesi ( Ailurops ursinus ) merupakan salah satu jenis hewan endemik pulau sulawesi yang dilindungi oleh peraturan pemerintah no 7 tahun 1999. Hewan yang masuk dalam daftar merah spesies terancam IUCN 2008 ini adalah anggota dari genus Ailurops. Kuskus Beruang adalah hewan marsupial dan dari keluarga Phalangeridae. Bentuk tubuhnya yang besar seperti kucing bahkan bisa lebih ukurannya. Kuskus beruang ini ukurannya sangat besar dibandingkan dengan para kerabatnya di keluarga phalangeridae, oleh sebab itu mamalia ini di sebut dengan kuskus beruang karena bentuk tubuhnya seperti beruang.
Klasifikasi kuskus beruang menurut Temminck (1824) dalam Flannery et al. (1987) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Sub Phylum     : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                : Marsupialia
Famili              : Phalangeridae
Sub Famili       : Ailuropinae
Genus              : Ailurops
Spesies             : Ailurops ursinus (Temminck, 1824).


Morfologi Kuskus Beruang
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/kuskus%201.jpgKuskus beruang memiliki ukuran tubuh yang besar jika dibandingkan dengan jenis kuskus pada umumnya. Bentuk tubuhnya yang besar membuat mamalia satu ini menjadi mamalia terbesar di tajuk atas hutan setelah monyet yang ada disana. Panjang badan dan kepala adalah 56 cm, panjang ekornya 54 cm dan beratnya dapat mencapai 8 kg, Warna tubuh jantan dan betina tidak ada perbedaan. Panjang ekor hampir sama panjang dengan panjang tubuh, bagian ekor ditumbuhi rambut dari pangkal sampai lebih dari setengah panjang total ekor, sisa ujung ekor yang tidak ditumbuhi rambut berwarana hitam, ujung ekor  ini sangat kuat dan dapat digunakan untuk bergelantungan atau melilit batang dahan pohon saat mencari makan (prehensil) dan dapat digunakan sebagai alat untuk menggantung yang menahan seluruh beban tubuh saat dengan posisi kepala di bawah saat mencari makan di pohon.
Daun telinga pendek, hampir tidak terlihat karena tersembunyi dibawah rambut-rambut kepala, bagian luar dan dalam telinga berambut. Warna dasar tubuh bagian atas adalah hitam pucat dengan rambut bagian punggung berwarna coklat kehitaman, beberapa rambut bagian tubuh lain berwarna kuning kecoklatan atau lebih pucat.
Kuskus betina memiliki kantung yang terletak pada kulit perutnya, berkembang dengan baik, membuka ke arah depan , dan mempunyai empat puting susu. Kuskus beruang betina dewasa dapat melahirkan satu-sampai dua kali dalam setahun. Lama masa kebuntingan pada satwa ini sangat singkat yaitu kira-kira satu bulan. Saat dilahirkan bayi kuskus masih berbentuk mudigah (embrio) yang secara alami akan merayap menuju kantung induknya, berdiam dalam kantung dan akan mengisap puting susu induknya untuk selama 6-7 bulan. Setelah masa itu anak kuskus akan mulai belajar memakan pakan seperti yang dimakan oleh induknya

Pergerakan dan Pakan Kusksus Beruang
Kuskus beruang merupakan binatang yang pendiam, hampir-hampir tidak bersuara  kecuali kalau terganggu. Butuh pengamatan yang jeli untuk dapat melihat keberadaan kuskus beruang walaupun satwa ini relatif pendiam dan jarang bersuara. Sekali menemukan satwa ini maka pengamat akan dapat melakukan pengamatan dengan puas karena satwa ini bergerak sangat lamban. Mamalia berkantung ini membentuk kelompok kecil yang hanya terdiri dari induk dan bayinya, kecuali pada musim kawin, kuskus betina dan kuskus beruang jantan biasanya memisahkan diri dari kelompoknya atau hidup soliter. Ekor prehensilnya dan tangan serta kakinya digunakan untuk bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya meskipun pergerakannya sangat lambat.
Kuskus beruang aktif pada siang hari (diurnal). Sebagian besar aktivitas hariannya banyak digunakan untuk beristirahat dan tidur, sedikit waktunya digunakan untuk makan dan mengutu (grooming), waktunya untuk berinteraksi juga sangat sedikit, kegiatan tersebut dilakukan sepanjang siang dan malam. Waktu istirahatnya yang banyak digunakan untuk mencerna selulosa dari dedaunan sebagai sumber makanannya yang mengandung sedikit nutrisi.
. Makanan kuskus Beruang adalah daun-daun muda. Bunga-bungaan dan buah masih mentah. Kuskus beruang suka daun muda karena lebih mudah dicerna dan lebih sedikit racunnya, tetapi sesekali daun yang lebih tua juga dimakan untuk memenuhi kebutuhan protein. (Yefbenedicpanjaitan, 2011).
Kadang-kadang kuskus memakan buah-buahan serta dalam jumlah sedikit berupa bunga dan kulit batang untuk memenuhi kebutuhan protein (Farida et al.,1999), sedangkan kuskus beruang di habitat aslinya paling banyak mengkonsumsi pucuk daun muda dan batang muda (Nurjaeni, 2001). Pengamat bisa melakukan pengamatan ditempat sumber pakan kuskus beruang. Untuk memperbesar peluang pertemuan dengan kuskus beruang sediakan makanan favorit mereka. Makanananya terdiri dari daun dan buah, misalnya daun kayu kambing ( Garuga floribunda ), Pohon mindi ( Melia azedarach ), kenanga ( Cananga ordorata ) dan buah rao (Drancotomelon dao dan D. Mangiferum).


Habitat Kuskus Beruang
Kuskus beruang merupakan spesies yang paling besar dan paling primitif diantara famili phalangeridae lainnya yang sangat berbeda dengan kuskus kerdil yang ukuran tubuhnya relatif kecil tapi pintar dan kuskus beruang hanya ditemukan di Kepulauan Sulawesi dan sekitarnya. Hewan yang juga disebut Kuse ini tinggal di atas-atas pohon di hutan Sulawesi dan memakan dedaunan serta buah-buahan.
Kuskus beruang merupakan satwa yang menghabiskan banyak waktunya dikanopi pohon (arboreal) sehingga pengamat berpeluang dapat bertemu dengan kuskus beruang dihabitat utama dari satwa ini dikanopi bagian atas hutan hujan tropis Sulawesi. Kuskus beruang hidup sendiri-sendiri, tidak berkelompok. Mereka mendiami bagian atas pohon-pohon tinggi.. Habitat kuskus beruang adalah hutan-hutan di Sulawesi, Kepulauan Togian, Pulau Peleng dan Kepulauan Talaud. Sayangnya, binatang unik ini terancam punah. Penyebabnya adalah perburuan dan rusaknya habitat (Dini Lestari, 2012).
Saat ini populasi kuskus beruang terus menurun dan terancam punah, karena terjadinya perburuan dan perdagangan liar. Di samping itu sebagian hutan yang merupakan habitat aslinya telah mengalami kerusakan akibat pembukaan hutan untuk areal pertanian dan pemukiman penduduk. Di asalnya sendiri kuskus beruang sering menjadi hewan buruan petani dikarenakan hewan yang sering dipanggil “Kuse” ini sering memakan daun-daun muda yang ditanami oleh petani. Hewan yang hobinya tidur ini oleh pemerintah sudah dimasukan dalam daftar hewan dilindungi dalam peraturan pemerintah no.7 tahun 1999 dan masuk dalam kategori IUCN: rentan / vulnerable CITES, tetapi sampai saat ini pun pemerintah belum mampu menghentikan perdagangan satwa liar ilegal.
Meskipun masih bisa ditemui di beberapa tempat, seperti beberapa kuskus yang berkeliaran pada perkebunan coklat dengan pola agroforestry masyarakat Desa Campaga, Bantaeng. Kuksus ini bahkan menjadi hewan peliharan beberapa warga di sana yang menangkapnya ketika kuskus ini berkeliaran memakan buahan-buahan di kebun mereka. Pada siang hari ini kuskus ini berkeliaran di sekitar kebun coklat masyarakat campaga yang tengah mencari makan. Kuskus yang berkeliaran di kebun rakyat ini diduga berasal dari kawasan lindung hutan Desa Campaga.

Upaya Konservasi
Upaya konservasi yang dapat dilakukan yaitu dengan Konservasi di dalam kawasan (konservasi in-situ) dengan penekanan konservasi “ekosistem” atau habitat yang kaya dengan pakan. Berdasarkan kasus seperti di desa campga yang banyak dijumpai di kebun masyarakat, banyak kuskus beruang yang keluar dari kawasan hutan lindung untuk mencari pakan khususnya buah-buahan guna menambah kebutuhan proteinnya. Karena terdapat beberapa kuskus yang berkeliaran di kebun masyarakat mencari buah-buahan, hal tersebut menandakan berkurangnya pakan buah-buahan dalam habitatnya yaitu dalam kawasan hutan lindung desa campaga, Bantaeng.
Untuk mengatasi hal tersebut agar kuskus beruang ini tidak berkeliaran di kebun-kebun warga daerah sekitar kawasan hutan lindung, maka perlu adanya upaya konservasi dalam kawasan atau habitatnya dengan memperhatikan pakannya khususnya jenis tanaman buah-buahan.
Pakan kuskus beruang pada habitatnya yang berupa  jenis daun-daun muda yang merupakan pakan utama kuskus sudah cukup terpenuhi, akan tetapi kuskus juga membutuhkan tambahn protein seperti buah-buahan yang sering mereka peroleh di kebun-kebun warga. Oleh karena itu perlu adanya penanaman tanaman buah-buahan (Pomologi / Frutikultur) dalam kawasan hutan lindung desa campaga-bantaeng agar tidak adanya lagi  kuskus yang berkeliaran di kebun-kebun warga yang pada akhirnya akan menjadi hewan tangkapan dan peliharaan warga.
Pemenuhan kebutuhan pakan pada habitat asli kuskus beruang ini perlu diperhatikan agar daerah pergerakan kuskus dalam mencari pakan masih dalam wilayah habitatnya sehingga populasi kuskus ini tidak akan berkurang karena banyaknya warga yang menangkapnya yang hanya dijadikan hewan peliharaan yang pada akhirnya akan mati.
Dengan melihat jenis pakan buahan-buahan yang sering dimakan oleh kuskus ini pada kebun-kebun warga, maka tanaman buahan-buahan yang harus ditanam dalam kawasan hutan lindung desa campaga-bantaeng yaitu coklat (Theobroma cacao), rambutan (Nephelium lappaceum), langsat (Lansium domesticum), pisang (Musa sp.).
Pola penanaman yg sebaiknya dilakukan yaitu dengan menanam tanaman buah-buahan tersebut secara menyebar pada habitatnya atau kawasan hutan lindung campaga. Selain itu penanaman dilakukan terkhusus pada area-area perbatasan kawasan hutan dengan areal pemukiman atau kebun milik warga sehingga daerah pergerakan kuskus dalam mencari pakan buah masih dalam kawasan hutan.
Upaya penanaman tanaman buah-buahan dilakukan agar kebutuhan pakan kuskus di habitat aslinya yaitu di kawasan hutan lindung desa campaga-bantaeng cukup terpenuhi sehingga populasi kuskus beruang ini tetap stabil ataupun meningkat tanpa adanya pengurangan populasi yang disebabkan oleh penangkapan illegal warga yang mengganggap kuskus adalah hama bagi kebun-kebun mereka.